Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah dari Sekolah Laskar Pelangi

9 April 2023   10:10 Diperbarui: 9 April 2023   10:20 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(www.istockphoto.com)

Saat kondisi deadlock setelah gagal dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), ia disarankan ke sebuah SMA swasta. Karena tak ada pilihan, Intan kemudian dimasukkan ke sekolah itu. Mengingat orangtua Intan yang terkendala finanasialnya, maka seluruh biaya sekolahnya ditanggung oleh adiknya Bu Ani.

Dalam masalah biaya pendidikan, sebenarnya bukan tidak ada usaha yang ditempuh Bu Ani. Ia sudah mencoba jalur afirmasi khusus bagi keluarga yang tidak mampu. Namun upaya itu ditolak dengan alasan Bu Ani dan suaminya berpendidikan sarjana.

Bagi Intan tidaklah mudah memulai sekolah di tempat yang tidak diharapkan. Kondisinya diperparah lagi oleh terjadinya pandemi. Akibatnya sekolah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah (BDR). Kondisi itu berlangsung selama satu setengah tahun tahun. Saat naik kelas 12, terpikir olehnya untuk pindah sekolah. Namun karena kendala biaya, hal itu diurungkan.

Di suatu kesempatan Bu Ani mengaku ke Mutia jika ia dulunya adalah seorang wanita karir. Karena sibuk dengan pekerjaannya, ia terpaksa harus meninggalkan sang anak dan menitipkannya ke orangtua. Itu sebabnya ia tidak memiliki memori saat anaknya masih kecil.

Kini saat anaknya sudah SMA, ia seolah hendak menebus kealpaannya yang dulu. Berbagai cara ia lakukan dimana salah satunya dengan mengantar dan menjemput sang anak meskipun si anak sendiri sudah besar dan bisa sendiri.  

Bu Ani terpaksa berhenti bekerja karena peristiwa kecelakaan tragis yang menimpanya. Ia terjatuh dari motor yang membuatnya lumpuh total. Pengobatan yang menguras habis keuangan keluarga dilakukan selama berbulan-bulan demi kesembuhan dan kepulihan dirinya. Dengan izin Allah, ia akhirnya bisa sembuh dan sehat kembali meskipun tidak seperti sedia kala. Musibah itu berpengaruh pada gerakan kedua kakinya yang tidak senormal dulu lagi.

Mutia berusaha menjadi pendengar yang baik dan memosisikan dirinya sebagai a shoulder to cry bagi Bu Ani. Ia bersimpati atas setiap masalah yang dialami Bu Ani. Ia coba menghibur dan memberi semangat padanya semampu yang ia bisa lakukan.  

Setiap kali Bu Ani bercerita, Mutia langsung menceritakan kembali hal itu kepada Haris. Sejak saat itu, Haris jadi lebih memperhatikan Intan. Sejak saat itu pula, ia jadi tahu banyak cerita di balik diri dan keluarganya Intan.

Melalui kegiatan belajar dan mengajar di kelas, Haris jadi lebih tahu dan memahami sosok dan pribadi Intan. Baginya, Intan berbeda dari anak-anak lain di kelas. Ia punya kelebihan dan kemampuan di bidang akademis.

"Aku rasa anak itu mestinya bisa bersekolah di sekolah yang lebih memadai dan membantu bagi pengembangan dirinya," ungkap Haris kepada Mutia.

"Andai saja mereka punya pilihan untuk  itu," ujar Mutia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun