Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kalut (#11)

4 Juli 2021   10:01 Diperbarui: 4 Juli 2021   17:12 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun hubungannya dengan Erika telah berakhir sejak accident itu terungkap, Tomi tetap tak mampu menghapus bayang-bayang Erika dari benaknya. Kedekatan yang dirajut selama ini begitu kuat membekas dalam dirinya. Jalinan cinta kasih begitu erat terjalin antar keduanya. Meski kini semua itu sirna bak debu yang diterpa angin kencang.

Sejak perpisahan itu, separuh jiwanya seakan pergi. Erika adalah orang terdekat dengannya yang menjadi tempat bercerita dan curhat. Erika adalah orang yang paling mengenal dan mengerti dirinya. Erika bak malaikat penyelamat yang berikan rasa tenang dan damai di setiap hadirnya. Namun kini Tomi harus menghadapi kenyataan akan  kehilangan Erika untuk selamanya.

Wajar sekarang ia merasa bersalah pada Erika. Ia pun menyesal atas apa yang terjadi. Andai ada cara untuk mengubah ini semua tentu akan ditempuhnya. Namun tak ada yang dapat ia perbuat. Semua terjadi begitu cepat. Mencampakkan dirinya dalam sebuah dilema yang berbalut gundah gulana tiada berkesudahan.  

Berlarutnya masalah dengan Erika hingga kini serta kemelut rumah tangga orangtuanya ditambah tekanan BDR, semakin memperparah stres yang dialaminya. Tomi berandai kalau saja Erika mau menuruti keinginannya, tentu permasalahannya tidak akan serumit ini. Walaupun memang tidak menjamin masalah antara keduanya akan selesai di kemudian hari. Tapi setidaknya persoalan tersebut tidak berkepanjangan seperti saat ini.

Seakan menemukan kembali jati dirinya, Tomi melaju di atas motornya sore itu. Kebiasaan dulu yang rutin dilakukan, sempat menghilang selama dua bulan terakhir ini. Sejak pandemi merebak, bisa dihitung dengan jari motornya keluar dari garasi. Jangankan bermotor, keluar rumah pun sangat jarang. Hidupnya seolah menciut. Tak jauh-jauh dari sekolah daring dan main hp. Terkadang mata perih, gejala rabun dekat, dan pusing, dirasakannya sebagai dampak terlalu lama menatap layar gadget selama di rumah saja.  

Kebiasaan Tomi memacu motornya dalam kecepatan tinggi tak pernah pudar bahkan ketika di masa pandemi. Ada semacam sensasi yang ia rasakan setiap kali ngebut di jalanan. Sensasi itu bak candu baginya. Efek sampingnya suatu saat akan muncul dan muncul lagi. Membuatnya ketagihan untuk mencoba dan terus mencoba. Pada akhirnya sulit baginya untuk melepaskan diri.

Tak jauh dari perumahannya, ada lintasan jalan yang kerap dipakai sebagai ajang balap liar. Dianggap memiliki lintasan sempurna bak sebuah sirkuit, track jalan itu seakan magnet bagi siapapun yang ingin menjajal motornya seperti dalam sebuah balapan.  

Lintasan itu dinilai punya kriteria yang lengkap dan menantang. Ada track lurus, berbelok dengan sudut yang bervariasi, menurun, dan menanjak. Kondisi yang sepi ditambah jalan yang mulus beraspal karena lintasan itu seyogyanya merupakan akses menuju kawasan industri yang ada di sekitarnya.  

Tomi tidak asing lagi dengan lintasan itu. Dulu saat  hobi ngebutnya kumat, ia kerap mendatangi tempat itu. Namun di masa pandemi ini, baru kali ini "penyakitnya" kambuh lagi. Berbekal helm racing putih yang telah tergantung di dinding kamarnya sekian lama ini sebagai perlengkapan keselamatan, ia melaju dengan penuh percaya diri bak seorang biker dalam motoGP.

Saat melaju di atas motor, ia terngiang perkataan Ayahnya. Herdi yang mulai bekerja dari rumah hampir sebulan belakangan, jadi punya lebih banyak waktu komunikasi dan interaksi dengan Tomi. Keduanya kerap ngobrol atau kadang makan bareng yang biasa dipesan secara online. Tampak keduanya lebih dekat dan akrab justru di saat pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun