Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#6)

25 April 2021   10:10 Diperbarui: 25 April 2021   10:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dua minggu atau malah kurang, diasumsikan orang tersebut sudah sembuh. Namun, untuk memastikan apakah benar-benar bersih atau belum dari virus, dapat dilakukan tes diagnosis seperti rapid test, PCR, dan swab antigen. Dari tes ini akan diperoleh hasil apakah positif atau negatif. Keakuratan hasil tes hampir tidak jauh berbeda dari tiap tes karena masing-masing punya kelebihan sendiri. 


Jika ternyata statusnya masih positif, perlu dilihat juga nilai CT-nya. Nilai ini menunjukkan seberapa parah virus yang masih bercokol di orang itu. Apabila nilai CT-nya rendah (di bawah 25), tingkat keparahan sakitnya lebih besar. Semakin rendah, semakin parah. Terlebih jika si pasien tergolong komorbid atau dengan penyakit penyerta. Kondisinya bisa jauh lebih parah. Ada juga anggapan makin rendah nilai CT, makin tinggi kemungkinannya untuk menular ke orang lain. 


Virus ini terkenal canggih. Itu sebabnya ia dijuluki sebagai penyakit seribu wajah, imitator hebat, penyamar ulung, atau peniru cerdas. Ia bisa mengenali dan mendeteksi kelemahan atau penyakit orang yang dijangkitinya. Ia akan menyerang organ vital orang itu dan menggerogotinya. Beberapa kasus dilaporkan penderita meninggal tak lama setelah dinyatakan positif karena virus ini sudah mengenali dan memperparah penyakit bawaan yang diidap orang tersebut. 


Sekalipun sudah sembuh, virus ini memberikan efek samping. Namun tidak semua penyintas mengalaminya. OTG dan tanpa riwayat penyakit berat atau kronis, relatif lebih aman. Sementara, bagi penyintas dengan komorbid ringan dan berat, akan mengalami efek samping jangka panjang yang berbeda-beda keluhan dan durasinya tergantung dari rekam jejak kesehatannya selama ini. 


.......
Di tengah gegap-gempita pandemi global yang melanda dunia, satu per satu negara rontok diterjang badai virus C19. Ini menunjukkan betapa rentan dan rapuhnya sistem kesehatan global yang ada saat ini. Bukan hanya lemah mengantisipasi munculnya wabah penyakit baru tapi juga tidak mampu memberikan peringatan dini pada seluruh negara. Akibatnya, saat ini lebih dari seratus negara seolah berlomba melaporkan telah terjangkit virus ini di negaranya. Dan kini gilirannya Indonesia. 


Menjelang pukul 10 WIB, suasana di sekitar Istana Negara tampak ramai oleh hiruk-pikuk awak media yang bersiap meliput sebuah berita besar. Personil militer gabungan berjaga dengan penuh kewaspadaan. Mengatur dan memeriksa setiap kendaraan dan orang yang keluar masuk lingkungan istana. Di beberapa ruas jalan terlihat sudah dipasang barikade dengan sejumlah kendaraan militer tempur yang diparkir di sisinya sehingga menambah tegang suasana yang ada. 


Tepat jam 10 WIB, pidato kenegaraan yang diliput dan disiarkan langsung oleh berbagai stasiun tv nasional sebagai breaking news itu, disampaikan. Seluruh mata tertuju pada sosok tunggal dalam berita itu. Mengenakan kemeja putih polos lengan panjang, orang pertama di negeri ini terlihat cukup tenang walaupun masalah yang hendak disampaikannya ke publik itu sangatlah berat. 


Mengawali pidatonya dengan hati-hati, Presiden memulai dengan memaparkan kondisi dunia belakangan ini yang karut-marut akibat bencana pandemi global. Krisis tersebut sekarang menjalar ke berbagai negara dengan cepat termasuk dalam negeri. Gelombang kasus mulai bermunculan di berbagai daerah di Tanah Air dengan Pulau Jawa sebagai episentrumnya. 


Di kesempatan itu, Presiden mengimbau seluruh lapisan masyarakat agar tetap tenang, tidak panik, dan mengikuti instruksi dan rambu yang ditetapkan pemerintah. Untuk menanggulangi penyebaran virus baru ini, pemerintah akan fokus mengambil langkah cepat dan tepat. Melakukan kajian multi dimensi dan pemetaan klaster, membuat peraturan, implementasi di lapangan serta evaluasi dari kinerja. 


Dalam tataran praktis, segera diadakan karantina terhadap daerah-daerah yang tergolong endemik. Membatasi pergerakan dan aktivitas masyarakat di wilayah tersebut. Selain penegakkan disiplin 5M, juga digencarkan gerakan 3T (testing, tracing, treatment) untuk memutus rantai penyebaran virus.

Diikuti oleh vaksinasi masal yang akan dilakukan pada saatnya nanti agar tercipta herd immunity (kekebalan kelompok) guna mencegah penularan virus di tengah masyarakat. Sehingga diharapkan pemulihan kesehatan dan ekonomi nasional dapat berjalan secara simultan, berdaya guna, dan berhasil guna. Namun hal ini sangat tergantung dari keseriusan, kerja keras, dan kerja cerdas semua pihak karena kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun