Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#3)

14 Maret 2021   10:30 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:38 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wallpaperbetter.com)

Dalam sesi tanya jawab, Herdi tampak antusias mengeksplorasi produk yang ditawarkan. Dika cukup kerepotan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan. Tapi dengan persiapan yang matang, ia mampu memberi jawaban yang memuaskan. Bahkan tidak jarang canda tawa keduanya terdengar selama dialog berlangsung. Suasana pun jadi lebih cair. Sejenak masalah keluarga yang tengah melanda Herdi seolah terlupakan. 

Terkait disetujui atau tidaknya suatu proposal, tidak hanya ditentukan oleh presentasi yang menarik dari si vendor. Lebih dari itu, produk itu sendiri haruslah berkualitas dan juga sesuai dengan skala prioritas dan urgensi yang dibuat kantor atau proyek. Sebagai kepala bidang pengadaan alat dan barang, Herdi berwenang dalam menentukan dan memutuskan suatu produk lolos atau tidak berdasarkan poin-poin tersebut. 

Dika tampak lega telah menunaikan tugasnya. Ia merasa presentasinya kali ini berjalan dengan baik dan cukup optimis produknya akan diterima. Kemampuannya dalam interaksi secara personal membantunya menjadi mudah akrab atau dekat dengan siapapun termasuk Herdi. Baginya, Herdi figur yang baik dan kebapakan. Ia tidak sungkan diajak ngobrol meskipun ia seorang direksi di sebuah perusahaan besar. 

Terlepas dari presentasi yang disampaikannya, Herdi melihat ada sesuatu dalam diri Dika. Ia merasa sangat jarang bertemu orang seperti Dika. Walaupun agak beda pembawaannya, Dika pribadi yang menarik menurut Herdi. Karakter gaul dan supel yang menonjol pada dirinya berperan penting dan berpengaruh besar dalam kehidupannya saat ini termasuk juga karir. 

Chemistry antar keduanya berangsur terbentuk. Yang satu, kehilangan figur ayah karena ditinggal wafat sejak kecil. Dan sekarang sosok tersebut dirasa hadir kembali pada diri Herdi. Satunya lagi, sedang dilanda prahara rumah tangga dan mencari cara untuk merilekskan keadaan. Saat bersamaan datang seorang yang dapat diajak bicara, mau mendengar, sekaligus menghibur. Sepertinya takdir telah mempertemukan mereka berdua. 

......
Martha yang hendak berangkat kerja, memperhatikan belum ada tanda-tanda kehidupan dari kamar Tomi. Padahal waktu sudah hampir setengah tujuh. "Tom, Tom! Kamu udah bangun?" panggilnya lantang. Merasa belum ada jawaban, ia pun langsung menggedor pintu kamarnya. "Kenapa nih anak?" gumamnya dalam hati. 

Tak lama kemudian terdengar suara. "Ya, Ma!" jawabnya sambil membuka pintu kamar masih dengan pakaian tidur. "Astaga, Tom. Jam berapa ini? Kamu gak sekolah?" tanya Martha dengan panik. "Nggak, Ma. Kebetulan hari ini libur. Ada rapat guru." jawab Tomi santai. 

"Rapat?" kata Martha setengah tak percaya. "Iya, rapat .... Sebentar," jawab Tomi sambil kembali masuk ke kamar untuk mengambil hp. "Nih Ma, pemberitahuannya," sambil menunjukkan chat di wa grupnya. "Ya udah kalo gitu." ujarnya terkesan cuek. "Udah ya, Mama berangkat dulu," sambungnya terburu-buru. 

"Ma!" panggil Tomi yang ikut mengantar sampai ke teras. "Apa lagi?" jawabannya refleks. "Hati-hati!" ucap Tomi mendalam. Martha hanya  tersenyum. Merasa sedikit heran dengan kelakuan Tomi, ia lalu segera masuk ke mobil, memacunya sambil melambaikan tangan ke Tomi. Mengharap mama memahami dan memberi sedikit perhatian padanya, Tomi hanya mendapati betapa kuatnya virus karirisme yang menjangkiti mamanya. 

Saat kalut membuncah, sebuah puisi suara hati dalam diri Tomi mengalir terucap. 

Mama, betapa ku ingin kau tahu.
Masih adakah diriku di hatimu?
Betapa ku mendamba kasih sayangmu!
Betapa ku rindu hangat belaianmu! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun