Mohon tunggu...
Ahmad Gufron
Ahmad Gufron Mohon Tunggu... peneliti madya

menulis dan analisa politik, ekonomi dan pertanian, hukum agama islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

ketika hutan bersuara: apa arti pencemaran bagi saya

18 Oktober 2025   12:13 Diperbarui: 18 Oktober 2025   12:13 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam ajaran nenek moyang kami, hutan disebut "ibu bumi"adalah tempat manusia belajar rendah hati. Kini saya sadar, kerusakan alam bukan hanya soal pohon tumbang, tapi juga tentang hati manusia yang mulai keras. Kita sibuk menaklukkan alam, padahal justru di sanalah letak keseimbangan hidup kita.

Hutan tidak bisa menulis surat protes, tapi ia bisa "bersuara" melalui bencana. Mungkin banjir, mungkin kekeringan, mungkin penyakit yang tak kunjung sembuh. Suara-suara itu kini semakin keras. Pertanyaannya: maukah kita mendengarkan sebelum semuanya terlambat?

Penutup: Saatnya Menjawab Panggilan Hutan

Setiap kali saya kembali ke desa, saya berhenti sejenak di tepi sungai yang dulu saya gunakan untuk mandi. Saya menunduk, mencium tanah, dan berbisik: "Maafkan kami."Karena hutan, air, dan tanah bukan benda mati. Mereka adalah saksi kehidupan kita sudah diam, tapi penuh makna. Ketika hutan bersuara, sebenarnya ia sedang mengingatkan kita untuk tidak kehilangan hati nurani.Jika kota sibuk dengan kebisingan mesin, maka biarlah desa menjadi tempat di mana suara hutan kembali didengar. Karena ketika hutan bisu, kita pun akan kehilangan masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun