Papua selama ini kerap digambarkan dari sisi konflik dan keamanan. Namun, pandangan semacam itu terlalu menyempitkan realitas. Papua sejatinya adalah tanah harapan: subur, kaya akan tambang, dan menyimpan potensi peternakan yang luar biasa. Jika dikelola dengan strategi yang tepat, Papua dapat tampil bukan sebagai "wilayah bermasalah", tetapi sebagai sentra kesejahteraan bagi masyarakatnya sekaligus penopang ketahanan nasional.
Pertanian: Cangkul yang Menjamin Masa Depan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membangun kedaulatan pangan Papua. Fakta menunjukkan, sebagian besar bahan pangan di Papua---mulai dari beras, sayuran, hingga kebutuhan pokok lain---masih harus didatangkan dari luar. Padahal, tanah Papua sangat subur dan cocok untuk jagung, padi gogo, ubi, sayuran, hingga buah tropis.
Konsep farming garden modern bisa menjadi solusi. Melalui pemanfaatan pekarangan rumah dan lahan desa dengan teknologi sederhana seperti greenhouse, pupuk organik, serta irigasi tetes, masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangan dari hasil bumi sendiri. Program ini tidak hanya memberi makan, tetapi juga memperkuat diplomasi pembangunan: negara hadir bukan dengan kekuatan militer semata, melainkan dengan bibit unggul, pelatihan, dan akses pasar yang adil.
Ketahanan pangan yang kuat akan mengurangi ketergantungan, menurunkan harga kebutuhan pokok, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat Papua kepada pemerintah.
Tambang: Dari Kutukan Menjadi Berkah
Papua adalah rumah bagi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia. Namun, kekayaan ini sering kali dipersepsikan sebagai kutukan, bukan berkah, karena distribusi manfaat yang timpang. Strategi baru diperlukan agar tambang menjadi pilar kesejahteraan, bukan pemicu luka sosial.
Pertama, transparansi bagi hasil harus ditegakkan. Daerah harus merasakan langsung manfaat dari tambang melalui dana pembangunan, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan. Kedua, keterlibatan masyarakat lokal tidak boleh berhenti di tingkat tenaga kerja kasar. Anak muda Papua perlu didorong masuk ke rantai produksi, bahkan hingga ke manajemen tambang. Ketiga, tanggung jawab lingkungan adalah syarat mutlak. Reklamasi lahan, pengendalian limbah, dan rehabilitasi ekosistem harus dijadikan standar.
Jika ketiga langkah itu dilaksanakan, maka emas dan tembaga Papua tidak lagi dianggap milik segelintir pihak, melainkan benar-benar menjadi berkah bersama yang memperkuat ikatan NKRI.
Peternakan: Kandang sebagai Pilar Gizi
Pilar ketiga adalah peternakan terpadu. Papua masih menghadapi persoalan gizi, terutama pada anak-anak. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi stunting di Papua lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Padahal, sumber protein hewani dapat dipenuhi dengan membangun sistem peternakan yang tepat.