Integrasi kambing, sapi, ayam kampung, serta perikanan darat (lele, nila, gurame) bisa menopang kebutuhan gizi masyarakat sekaligus membuka peluang ekonomi keluarga. Limbah peternakan dapat diolah menjadi pupuk organik, memperkuat pertanian berkelanjutan. Model koperasi desa bisa dijadikan tulang punggung distribusi hasil ternak agar ekonomi lokal bergerak.
Dengan sistem ini, masyarakat Papua tidak lagi bergantung pada pangan impor dari luar pulau. Mereka bisa berdiri tegak dengan sumber protein mandiri.
Integrasi Tiga Pilar
Pertanian, tambang, dan peternakan tidak boleh dipandang sebagai sektor yang berdiri sendiri. Ketiganya harus diintegrasikan dalam strategi besar pembangunan Papua.
- Hasil tambang dapat membiayai infrastruktur pertanian dan peternakan.
- Pertanian menyediakan pangan murah dan sehat bagi pekerja tambang serta masyarakat umum.
- Peternakan memberi gizi cukup bagi anak-anak Papua, yang kelak menjadi tenaga kerja terdidik untuk mengelola kekayaan alamnya sendiri.
Sinergi ini akan menciptakan siklus pembangunan yang saling menguatkan.
Diplomasi Sejahtera, Bukan Senjata
Pada akhirnya, solusi Papua bukan hanya melalui pendekatan keamanan. Jalan keluar yang paling elegan adalah diplomasi sejahtera: menghadirkan kebun yang hijau, tambang yang transparan, dan kandang yang produktif. Inilah wajah NKRI yang ramah, adil, dan beradab.
Dengan strategi ini, Papua tidak lagi dipandang dari kacamata konflik, melainkan dari kacamata kesejahteraan. Cangkul, tambang, dan kandang akan menjadi simbol baru: simbol Papua yang berdaya, sejahtera, dan setia pada Tanah Air.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI