Saya adalah orang yang bisa dikatakan tertutup. Saya hampir tidak pernah menceritakan apa yang terjadi pada diri saya pada siapa pun, apalagi sampai mencari teman sekadar untuk mendengarkan saya bercerita. Tidak, tidak pernah.Â
Bagi saya, tidak ada seorang pun yang akan peduli pada cerita-cerita kita. Jika pun ada yang mendengarkan, mereka hanya berusaha bersikap yang terbaik saja di hadapan kita, dan itu tak ada gunanya. Saya memilih untuk menyimpannya sendiri atau menuliskannya dalam catatan.
Bagi sebagian orang, bercerita pada orang lain mungkin merupakan sebuah cara agar, paling tidak, dia bisa lepas dari penatnya masalah, meski pada akhirnya tidak mendapatkan solusi apa pun. Terkadang saya berpikir untuk mencoba hidup seperti itu.Â
Namun, nyatanya tak mudah mengubah diri menjadi seseorang yang terbuka. Saya terlalu hati-hati---atau mungkin takut---untuk menceritakan masalah saya pada orang lain.
Pada akhirnya saya harus berusaha---walaupun memang sudah terbiasa---untuk bisa menceritakannya dan mulai berdisikusi dengan diri sendiri; menulis adalah cara paling mujarab.
Hingga pada suatu ketika, saya menemukan seseorang yang membuat saya dihinggapi rasa percaya yang sangat tinggi hingga ketakutan-ketakutan yang menghantui itu kini hilang.Â
Seseorang yang saya percayai menjadi tempat untuk berbagi cerita, bahkan cerita paling rahasia sekalipun. Padanya saya membuka diri, bahkan menelanjangkan seluruh jati diri saya padanya. Now I'm open, but only for you.
Anda tahu? Berbagi cerita pada orang yang benar-benar kita percayai sepenuh hati sangat melegakan dari menulis atau menangis sendiri; it feels so nice to be heard. I finally found someone to carry my secret.