Mohon tunggu...
Ahmad fauzan
Ahmad fauzan Mohon Tunggu... Universitas Hasanuddin

Selamat datang di blog saya! Halo, pembaca setia! Terima kasih telah mampir ke blog ini, tempat di mana saya berbagi informasi, cerita, dan inspirasi dari berbagai topik menarik. Apakah Anda pencinta hiburan, pengamat tren terkini, atau sekadar mencari bacaan santai di waktu luang? Di sini, saya memiliki sesuatu untuk semua orang! Blog ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan konten yang informatif, relevan, dan pastinya menyenangkan untuk dibaca. Saya berusaha menghadirkan tulisan yang segar, baik itu tentang teknologi, gaya hidup, hiburan, hingga tren budaya populer yang sedang hangat dibicarakan. Selain itu, saya juga ingin menjadikan blog ini sebagai ruang diskusi bagi pembaca. Jadi, jangan ragu untuk meninggalkan komentar, berbagi pendapat, atau bahkan memberikan ide untuk topik yang ingin Anda baca di sini. Mari jadikan blog ini sebagai tempat di mana kita bisa belajar, berbagi, dan tentunya menikmati konten-konten yang saya sajikan. Tetaplah bersama saya untuk mendapatkan tulisan-tulisan yang menarik setiap minggunya! Selamat membaca dan semoga hari Anda menyenangkan!

Selanjutnya

Tutup

Love

Surat Cinta yang Terselip di Kantong Celana Laundry

22 April 2025   18:55 Diperbarui: 22 April 2025   18:55 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu putih pada kantong celana denim abu-abu (Sumber: Pexels/Pixabay)

Terselip diam-diam di kantong celana yang nyaris dicuci, selembar surat cinta yang terlupa mengajakmu menelusuri kisah rasa yang tertinggal di antara lipatan waktu.

Di antara suara gemuruh mesin cuci dan aroma deterjen yang menenangkan, ada satu hal yang tidak sengaja kutemukan hari itu---selembar kertas yang terselip di kantong celana jeans lusuh. Awalnya kupikir hanya struk belanja atau catatan belanjaan yang tertinggal. Namun ketika kulipat perlahan dan mataku menangkap barisan huruf-huruf yang familiar, aku tahu: ini lebih dari sekadar kertas. Ini adalah sebuah surat cinta.

Tinta biru yang mulai memudar tak mampu menghapus isi hatimu yang dulu pernah kau tuliskan. Tulisan tanganmu masih rapi, seperti biasa, penuh jeda di titik-titik penting, seolah setiap kalimat memang ditulis untuk dikenang. Kata-kata di sana tidak hanya bicara tentang rasa, tapi juga tentang harapan. Tentang "kita" yang akan bertahan meski waktu dan jarak seringkali tak berpihak.

Lucu ya. Kita pernah sepakat bahwa cinta harus dijaga layaknya pakaian putih---tidak boleh ternoda. Namun siapa sangka, noda tak selalu datang dari luar. Kadang, justru dari dalam diri sendiri: dari kata-kata yang tak sempat diucapkan, dari ego yang tak mau mengalah, dari waktu yang terlalu sibuk untuk sekadar duduk dan bertanya, "Apa kabar hatimu hari ini?"

Surat itu terselip di sana, di tempat paling sederhana---kantong celana. Bukan di laci penuh kenangan, bukan di kotak surat khusus, bukan pula di dalam buku yang kau hadiahkan. Dan mungkin memang di situlah seharusnya ia ditemukan: di tengah rutinitas, di sela-sela hari yang tidak romantis, di balik lipatan hidup yang biasa-biasa saja.

Barangkali itu pesan sesungguhnya. Bahwa cinta sejati tak selalu bersembunyi di tempat megah atau momen besar. Ia tinggal di kantong kecil kehidupan: dalam pesan-pesan kecil yang tak sempat terkirim, dalam senyuman yang kita abaikan, dalam celana yang sudah lama tak kita pakai karena terlalu nyaman dengan pakaian yang baru.

Sekarang, surat itu kubaca ulang dengan hati yang tak lagi sama. Ada senyum yang muncul, tapi juga perih yang tertinggal. Aku tak tahu kenapa kau tak pernah bilang bahwa surat ini ada. Mungkin karena kau sendiri lupa, atau mungkin karena kau berharap suatu hari aku akan menemukannya sendiri. Dan hari itu tiba. Di ruang laundry kecil yang pengap, di antara tumpukan cucian, aku menemukan kembali sebuah rasa yang dulu pernah begitu kuat, tapi pelan-pelan kita biarkan memudar.

Baju bisa dicuci, dilipat, bahkan disetrika kembali agar tampak rapi. Tapi cinta? Tak semudah itu. Kadang ia terlalu kusut untuk dirapikan, atau terlalu rapuh untuk disentuh kembali. Namun, surat ini... menyadarkanku bahwa mungkin tak semua yang tertinggal adalah sisa. Kadang, yang tertinggal justru hal yang ingin kembali diingat.

Maka, kuletakkan surat itu di atas meja, kusimpan baik-baik. Bukan untuk berharap apa-apa darimu, tapi sebagai pengingat bahwa pernah ada cinta yang begitu tulus, walau akhirnya terselip... di kantong celana laundry.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun