Terlepas dari apapun yang terjadi di internal Arema, nama Arema berubah menjadi Arema Indonesia dan kemudian para Aremania menggunakan atribut Indonesia, khususnya bendera merah putih ketika mendukung tim nya bermain di Stadion Kanjuruhan, Malang. Dari situ lah awal kebangkitan Arema yang saya ingat itu tahun 2009 ketika Arema menjadi juara.Â
Kala itu ada pelatih Robert Rene Albert, ada Nooh Alam Syah, striker Timnas Singapura, Roman Camelo, dan kawan-kawan yang menyajikan permainan satu-dua sentuhan yang sangat indah. Begitu pula dengan Aremania yang mengganti lirik lagu dukungan di stadion menjadi lebih positif karena dalam masa sanksi ketimbang menyanyikan lagu-lagu provokatif. Stadion Kanjuruhan begitu penuh sesak ketika Arema bermain.Â
Atraksi dan gerakan-gerakan kreatif Aremania lengkap dengan lagu-lagu penyemangat berhasil mengantarkan Arema bangkit dari keterpurukan dan menjadi juara pada musim itu.
Jadi, pada intinya fanatisme suporter bola Indonesia sudah baik dalam artian positif. Timnas Indonesia juga di tahun 2018 ini menjalani beberapa even internasional di berbagai level usia. Maka, menjadi suporter yang loyal dan kreatif-inovatif adalah sebuah hal kecil yang bisa kita lakukan untuk perkembangan persepakbolaan Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.