Mohon tunggu...
Ahmad Ashari
Ahmad Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UNSRI 2019

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Strategi Perang Cyber Tiongkok dalam melawan AS di Dunia Cyber

24 Januari 2022   00:58 Diperbarui: 24 Januari 2022   01:09 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Bersamaan menggunakan bertambahnya ruang interaksi antar aktor korelasi internasional ketika ini justru sudah merubah makna power sebagai lebih luas dalam korelasi antar negara. dalam ruang darat, bahari, serta udara tolak ukur power lebih simpel dicari tolak ukurnya, namun pada cyberspace standarisasi power justrumenjadi kabur. sekarang cyberspace menjadi ruang sekaligus wahana baru dalam mencapai kepentingan yang kemudian dikenal menggunakan cyberpower. Maka berasal itu, dalam menanggapi ancaman cyber maka suatu negara membutuhkan pengelolaan keamanan cyber melalui regulasi kebijakan pada bidang cybersecurity serta cyber defense.

Sejak iptek menjadi kebijakan yang mendominasi dalam modernisasi, perkembangan teknologi siber di China kini mengalami pertumbuhan yang pesat. Dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi, China memiliki kemampuan untuk menggunakan ICT (Information and Communication Technology) dalam mendorong kemajuan negara di bidang ekonomi, modernisasi pemerintahan dan militer. 

Selain itu, peningkatan kemampuan teknologi siber China juga dimanfaatkan untuk melakukan serangan siber terhadap jaringan informasi global. Aktivitas serangan siber China ini dikategorikan sebagai aplikasi operasi siber di jaringan dunia maya dunia, dan salah satu sasaran China adalah jaringan informasi Amerika Serikat.

Situasi antara China dan Amerika Serikat mencapai puncaknya ketika perusahaan keamanan komputer pribadi Mandiant. Mengidentifikasi bahwa PLA Unit 61398 adalah pelaku serangan dunia maya terhadap Asosiasi Amerika. Artinya China berusaha menguasai teknologi siber dalam arti China ingin memiliki kemampuan lebih di bidang teknologi siber sehingga tidak bisa ditandingi oleh negara lain. 

Oleh karena itu, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui strategi China dalam melawan AS yang merupakan salah satu negara adidaya dunia. Teknologi siber menunjukkan bahwa China dan Amerika dapat bergabung untuk berperang atas isu Taiwan, Semenanjung Korea, dan Kepulauan Diayou sebagai pemicunya. 

Ini berarti China dan Amerika Serikat mungkin menjadi perang yang mungkin terjadi di Laut China. China harus menguasai teknologi siber di setiap alat perangnya yang setara atau melebihi Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman tersebut karena Amerika Serikat juga menggunakan basis teknologi siber dalam alat perangnya. Inilah motivasi China menguasai teknologi siber untuk mengantisipasi perang dengan Amerika Serikat di laut China

Kemampuan Cyber yang terus ditingkatkan oleh tiongkok dapat menyebabkan kerugian internasional. Perselisihan antara Amerika Serikat dan Cina ini membentuk situasi yang dilematis, karena ketergantungan hubungan antara Cina dan Amerika Serikat pada industri TI. Masalah ini tentu membuat Amerika Serikat terdorong untuk memajukan sistem pertahanan negaranya dengan meningkatkan sistem koordinasi yang diperlukan untuk menjaga dan melindungi seluruh aspek negara dari serangan siber Thiongkok.

Pada tahun 2012 Komite Intelijen AS merilis laporan bahwa peralatan telekomunikasi yang menggunakan produk dari Huawei dan ZTE thiongkok  menimbulkan risiko bagi ekonomi dan keamanan nasional AS, mengutip beberapa penelitian yang mengatakan China adalah sumber serangan dunia maya terbesar. Selain itu, kampanye spionase besar-besaran "Titan Rain" dilakukan oleh peretas yang berbasis di China. 

Mereka tidak hanya menembus sistem keamanan perangkat lunak perusahaan dan lembaga ekonomi AS, tetapi juga berhasil menembus jaringan Departemen Pertahanan AS, Departemen Energi AS, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan jaringan kontrak pertahanan AS. Data yang dicuri oleh para peretas ini diperkirakan tidak kurang dari 10-20 TB. (Menzano, 2021)

AS menuduh agen peretas Tiongkok  mencuri data, termasuk desain sistem pertahanan rudal AS seperti helikopter, kapal, dan jet tempur. Lebih dalam lagi, karena AS dan China saat ini berada dalam posisi perang pasar yang cukup intens. Lebih lanjut Mandiant melaporkan bahwa China telah terlibat dalam spionase dan pencurian data sejak 2006, dengan tidak kurang dari 141 institusi dilaporkan menjadi korban (Mandiant, 2006) 2013: 2- 6) Tuduhan AS terhadap China tentu saja terjawab perusahaan AS.  (detiknet, 2015)

Strategi Cyber Tiongkok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun