Mohon tunggu...
Ahmad Affandi
Ahmad Affandi Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa IAIN Jember https://www.kompasiana.com/ahmadaffandi

Lakukanlah hal baik semampumu dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pendidik sebagai Motivator Part 2

31 Mei 2020   20:14 Diperbarui: 31 Mei 2020   20:11 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum. Bismillahirrahmanirrahim.

Salam semangat untuk kita semua. Pada kesempatan ini penulis akan melanjutkan pembahasan pada artikel sebelumnya, yaitu peran pendidik sebagai motivator (part 1). 

Kali ini penulis akan menulis beberapa permasalahan yang dihadapi peserta didik sehingga peran pendidik sangat penting untuk memotivasi peserta didiknya dan beberapa usaha pendidik dalam memotivasi peserta didiknya.

Penulis juga merasa bahwa tugas pendidik bukan hanya memotivasi anak didiknya untuk belajar secara formal, tetapi pendidik juga harus bisa mengajarkan anak didiknya untuk mempelajari segala permasalahan dan pengetahuan di luar pembelajaran formal yang mampu mereka pahami agar peserta didik memiliki pengetahuan yang luas dan terarah.


Beberapa alasan peserta didik bersikap malas belajar adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik tidak melakukan perbuatan baik atau malas melakukan sesuatu karena merasa perbuatan atau pekerjaan  tersebut  masih dapat dikerjakan dilain waktu (waktu masih panjang dan selalu menunda-nundanya).
b. Adanya keyakinan pada peserta didik bahwa pekerjaan tersebut bukan pekerjaannya dan menunggu orang lain untuk mengerjakannya.
c. Merasa tidak mampu melakukan suatu pekerjaan sebelum berusaha untuk mencoba mengerjakannya sendiri terlebih dahulu (kurang percaya diri).
d. Kurangnya rasa tanggung jawab peserta didik terhadap keingintahuan mereka untuk belajar.



Selanjutnya terdapat permasalahan tentang kurangnya partisipasi pesera didik di kelas sehingga pendidik sangat diperlukan untuk memberikan dorongan agar mereka aktif belajar baik didalam maupun diluar kelas. Untuk itu perlu terlebih dahulu kita ketahui penyebabnya sebagai berikut:

1. Siswa tidak terbiasa aktif di kelas

Di Indonesia, kebanyakan guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga siswa terbiasa pasif mendengarkan. Karena itu para siswa tentu kesulitan jika langsung di tuntut aktif berbicara walaupun pada kurikulum 2013 saat ini siswa dituntut untuk lebih aktif. 

Salah satu penyebabnya yaitu siswa takut ide atau gagasan yang mereka kemukakan di kelas di anggap tidak mutu sehingga peran guru sangat penting guna meluruskan hal semacam ini. 

Pada artikel sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa guru harus bersifat terbuka dan mengapresiasi hal sekecil apapun yang telah dicapai dan dimengerti siswa.

2. Budaya beda pendapat

Kebudayaan memiliki peran yang cukup penting dalam partisipasi siswa di kelas. Siswa-siswi yang berasal dari budaya yang menjunjung tinggi menjaga perasaan biasanya enggan untuk berkonfrontasi dan berbeda pendapat. 

Terlebih kalau mereka harus berbeda pendapat dengan guru. Maka dari itu guru harus mendorong siswanya agar membiasakan menerima pendapat meskipun berbeda satu sama lain.

3. Kurang jelasnya tujuan dari diskusi

Tujuan diskusi harus dijelaskan sejak awal. Karena siswa akan kebingungan ketika mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Semisal guru ingin mendiskusikan tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam. Sejak awal, guru harus menjelaskan sejelas mungkin apa yang mau dibahas seperti tentang karakter tokoh-tokohnya, konflik ceritanya, atau ibrah dalam sejarahnya.

4. Gaya belajar dan kepribadian siswa

siswa memiliki banyak cara dalam belajar. Ada siswa yang memiliki model belajar mandiri, sehingga merasa tidak nyaman jika belajar secara bersama-sama maupun sebaliknya. 

Oleh karena itu guru harus benar-benar mengenal betul gaya belajar dan kepribadian pada masing-masing siswanya. Hal ini akan menentukan bagaimana cara dan metode guru dalam memberi motivasi pada siswa-siswinya.

Malas adalah musuh yang datang dari dalam diri sendiri karena itu tidak ada yang dapat mengalahkan malas kecuali pribadi yang bersangkutan, seorang pendidik hanya perlu mendorong dan terus memberikan masukan agar siswa termotivasi untuk terus semangat belajar. 

Adapun cara mengatasi sifat malas belajar dan kurangnya partisipasi pada seorang Individu diantaranya adalah:

1.Niatkan yang kuat dalam hati kita untuk tidak menjadi orang  yang malas.
2.Pendidik harus menanamkan dalam pola pikir peserta didik bahwa sifat malas hanya akan membawa kepada kesusahan dan penderitaan, khususnya bagi diri sendiri.
3.Pendidik harus mendorong peserta didiknya untuk berjuang dengan sungguh-sungguh melawan ketika rasa malas itu datang menghampiri dan tidak menuruti rasa malas tersebut.
4.Yakinkan dalam hati peserta didik bahwa mereka mampu melawan malasnya.
5.Pendidik harus terbuka dan memberikan siswa ruang untuk berpendapat atau untuk meminta bantuan nasihat serta motivasi dari orang-orang yang sukses yang jauh dari kemalasan.
6.Kemudian jangan lupa untuk berdo'a kepada Allah SWT agar kita semua baik pendidik maupun peserta didik dijauhkan dari sifat malas.


Kurang lebihnya penulis mohon maaf dan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan barokah, amin. Wassalamu'alaikum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun