Supir Truk Menulis Buku, Tukang Mie Ayam Menulis Buku. Bagaimana dengan Kita?
Hidangan lebaran Si Bayangan kali ini adalah tentang daya juang, mengingatkan kita bahwa untuk berkarya, benar-benar tak butuh syarat dan ketentuan apapun selain keinginan melakukannya. Begini ceritanya…^_
Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar ada seorang tukang mie ayam yang menerbitkan buku.
“Ini pasti cuma hoax!” demikian pikir saya waktu itu, mengingat ‘watak paling umum’ bangsa ini yang mudah gumunan. Apalagi jika terkenang model serupa telah amat membosankan dilakukan kalangan artis dan industri musik, menggoreng sensasi dengan cara yang paling menyebalkan tentang affair Si Anu dengan Si Itu sebelum mereka mengeluarkan karya terbaru, yang anehnya masih juga mampu untuk mendongkrak penjualannya.
Penasaran, saya cek ke tetangga sebelah. Dan… Wuih! Ternyata tukang mie ayam asli, dan bukannya jelmaan dari tokoh jejadian yang sebelumnya pernah terdaftar sebagai direktur ini pimpinan pegiat komunitas itu, yang bangkrut karena ditikam orang kepercayaan lalu banting setir hanya demi mencari nasi.
Dari tetangga pintar berbentuk mesin pencari itu pulalah kemudian saya dapati, bahwa karya-karya yang telah dibukukan oleh Si Tukang Mie Ayam tadi ternyata tak hanya satu.
Ada sekitar belasan, yang semuanya cuma diketik menggunakan HP di sela waktu melayani pembeli. Benar-benar sesuatu yang amat menyentil mengingat betapa seringnya kita mendengar ada saja alasan untuk menunda ‘penulisan karya besar’, hanya karena perangkat musik di laptop tengah rusak atau terpasung kesibukan beruntun yang ternyata cuma kegiatan remah keseharian belaka.
Masih dari mesin pintar yang tadi pula saya kembali menemukan satu sosok yang agak tak biasa lainnya.
Kali ini supir truk. Di luar negeri, memang. Tapi tetap tak mengurangi rasa keanehannya mengingat ‘pilihan favorit’ TKI kita yang, jika tak menjadi pembantu pastilah buruh perkebunan.
Tahukah kau apa alasan supir truk tersebut bertuing-tuing ke luar negeri? Demi menemani sang istri yang mendapat beasiswa pendidikan di sana. So sweeettt…^_
Tapi tak seperti umumnya ‘karya’ supir truk yang pernah saya rekam dalam artikel “Cara Menghormati Mantan Presiden yang Paling Buruk” di link yang ini, supir yang satu ini amat jauh bertolak belakang, dengan muatan isi buku yang niscaya akan langsung membuat kita ternganga-nganga. Tentang daya beli dan keadilan dalam memperbandingkan Indonesia dengan negara lain. Tentang kecenderungan ber-negative thinking atas apapun terhadap siapapun. Tentang agama bahkan juga pendidikan. Dan itu sesuatu yang cukup menggiurkan, terutama jika mengingat bahwa penulisnya cuma seorang supir truk…^_