Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ke Mana Anak-anak yang Tak Lolos Saringan Masuk?

22 Mei 2022   10:29 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:52 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah favorit. (sumber: Shutterstock/Ibenk_88 via kompas.com)

Beliau melanjutkan, jika seorang calon dokter saja harus dipilih dari orang-orang pintar, kenapa calon ulama tidak boleh?

Diakui atau tidak, stereotip tentang pendidikan ala pesantren lekat sekali dengan imej anak buangan, anak nakal yang tak mau sekolah, atau pendidikan berbiaya rendah bahkan gratis.

Para Murobbi di pesantren selama ini memandang bahwa siapapun yang berniat mondok adalah orang-orang terpilih yang memenuhi undangan Tuhan untuk belajar ilmu agama. Maka, disambutlah setiap calon santri itu dengan gegap gempita, walau calon santri itu tidak memiliki biaya, tempat bagi mereka selalu terbuka.

Pandangan seorang pengasuh pondok di Jawa timur di atas juga perlu di apresiasi, bahwa seorang calon ulama harus di saring sejak awal, agar institusi pesantren tak lagi dianggap sebelah mata, dan metode pendidikan lebih tertata.

Masalahnya sekali lagi, ke manakah nasib anak-anak muda yang tidak keterima? Orangtua yang kecewa karena anaknya tak berhasil menembus lembaga pendidikan favorit?

Jawabannya boleh jadi No Worry, jangan khawatir apalagi resah gelisah lalu pesimis. Masa depan anak tidak melulu di tentukan dimana dia belajar.

Kenapa?

Dalam buku "strawberry generation" Rheinald Kasali menjelaskan, bahwa pendidikan di sekolah hanya mencakup 30% dari total nilai anak sesungguhnya. Jadi jika seorang anak dapat nilai 100 di sekolah, jangan dulu bergembira, karena nilai aslinya baru 30.

Lalu sisanya di mana?

Peran lingkungan anak memiliki 40% dari berhasil atau tidaknya anak di masa depan, bahkan ada sebuah penelitian yang mengatakan berhasil tidaknya seorang anak di masa depan, ditentukan oleh 5 orang terdekatnya. 

Dari sini kita bisa ambil pelajaran, baik-baiklah memilih lingkungan, pilih lingkungan yang membawa sikap positif, selalu membawa kebaikan, toleransi dan optimisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun