Walau muncul sang Super Jumbo dari Airbus dengan A-380 yang memiliki julukan istana di Angkasa, namun bukan itu alasan dari sang Jumbo turun tahta meskipun sudah dibangun istananya sekalipun.
Perubahan preferensi dalam melakukan perjalanan dari air traveller yang menginginkan penerbangan langsung (point to point) serta Pandemi membuat para maskapai berpikir ulang untuk mempertahankan sang Jumbo dan juga Super Jumbo di armada mereka.
Alhasil pabrikan juga harus melihat permintaan dari para pelanggannya yang tidak lain adalah para maskapai ini, maka keluarlah produk produk pesawat dengan kemampuan terbang lebih jauh dan efisien seperti Boeing 787 Dreamliner dan Airbus A-350.
Boeing sudah mengumumkan akan menghentikan produksi sang Jumbo pada 2022 nanti sehingga bisa jadi dalam beberapa tahun kedepan kita tidak lagi melihat sang Jumbo lepas landas dan mendarat serta parkir di bandara bandara dan mungkin bisa lebih cepat dari perkiraan setelah banyaknya maskapai yang sudah mempensiunkan sang Jumbo.
Sang Jumbo sudah memberikan sebuah pengalaman terbang yang berbeda kepada jutaan orang baik mulai dari penerbangan antar kota, antar negara dan bahkan antar benua, dan sang Ratu mungkin memang sudah saatnya beristirahat dan menikmati masa pensiunnya.
Mungkin tahta bisa bersifat tidak abadi seperti halnya jabatan, namun bila apa yang dilakukan selama bertahta dapat memberikan kebahagiaan dan manfaat bagi jutaan orang maka sebuah legacy akan terukir dalam sejarah dan akan lebih berkesan dan bersifat abadi.
Dan sang Jumbo sepertinya lebih memilih Legacy daripada Tahta...