Mohon tunggu...
Ahmad Ramdhani
Ahmad Ramdhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dari Universitas Nahdlatul Wathan Mataram ke Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan tentang komunikasi dan pengelolaan krisis untuk luaran mata kuliah issue and crisis management, konsentrasi Publik Relations (PR), Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP UMJ. Dosen pengampu: Tria Patrianti M. I.kom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Warga Setelah Pembangunan Sirkuit Mandalika

2 November 2022   05:30 Diperbarui: 8 November 2022   20:20 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Sirkuit Mandalika mulai dibangun pada tanggal 20 januari 2017. foto diambil saat pergelaran berlangsung.https://www.gridoto.com/read

Awal.

Sirkuit Mandalika dibangun pada 20 januari 2017. Awal keberhasilan pembuatan lintasan Sirkuit Mandalika ini, karena penggusuran rumah warga, lahan warga dan pengerukan bukit yang  ada di sekitar kawasan sirkuit. Pembuatan terus dilakukan hingga pergelaran balap MotoGP Sirkuit Mandalika 2022.  Pegelaran internasional dihadiri beberapa pembalap ternama, hingga pengunjung kawasan Sirkuit Mandlika penuh. Namun setelah pergelaran MotoGP, acara di sirkuit tidak ada lagi hingga wisatawan yang datang bisa dihitung jumlahnya.

Singkat Setahun Setelah Pembangunan dan Pergelaran.

Setelah pembuatan, pengerukan, dan pegelaran motoGP. Ternyata masih menyisakan konflik terhadap warga pemiliki lahan yang digunakan pembuatan lintasan Sirkuit Mandalika dan juga masalah penggusuran warga yang akan diberikan tempat atau relokasi rumah sesuai yang dijanjikan pemerintah. 

Namun, hingga saat ini masih beberapa Kepala keluarga (KK) yang belum direlokasi tempat tinggal dan lahan warga sebagian belum dibayar. Warga yang digusur masih menunggu tindakan dari pemerintah untuk diberikan tempat tinggal sedangkan warga yang lahannya digunakan masih tinggal di tengah kawasan sirkuit. 

Warga kesulitan mengakses jalan karena pagar lintasan yang menjadi pembatas, sehingga mereka terisolasi di tengah lintasan sirkuit. Sebelum pagar lintasan dibangun mereka bisa lalu lalang menggunakan lintasan sirkuit walau dibatasi aparat keamanan. Akibat dari terbatas dan sulitnya akses jalan, warga merusak pagar lintasan agar bisa mengantar anaknya bersekolah dan akses jalan bagi pekerja disekitar kawasan. Terjadinya perusakan pagar, warga menjadi viral di media sosial. Namun, pemerintah setempat hanya memberikan siaran pers dan tidak melakukan untuk menanggapi kejadian tersebut.

Hal Yang Dilakukan Warga.

Warga mendatangi kantor gubernur untuk meminta hak yang janjikan dan  meminta agar diperhatikan lagi. Namun, setelah mereka mendatangi hingga melakukan percakapan dengan gubernur hanya sia-sia tidak mendapatkan hasil. Keluh kesah warga hingga saat ini belum terealisasi. Padahal warga sempat di kunjungi oleh pemerintah dan melihat kondisi mereka, namun hanya sebatas harapan dan khayalan dipikiran mereka. Warga akan tetap tinggal dilahannya, dan akan tetap menunggu respon dari pemerintah atas kejadian yang menimpa mereka.

Pandangan Penulis.

Sebagai pengelola komunikasi kiris, kasus ini tak kunjung usai. Tidak ada pendeketan diantara kedua baik warga dan pemerintah daerah. Komunikasi yang dilakukan pemerintah tidak dilakukan dengan konferensif. Dalam konsep kehumasan, pemerintah seharusnya melakukan tindakan kepada warga untuk menyelesaikan masalah. Dengan menyelesaikan masalah satu persatu citra dari pemerintah akan lebih dipandang dan lebih baik dari sebelumnya, yang menyebabkan pemerintah akan dipercaya lebih oleh warga karena mampu mengatasi krisis yang ada. Seperti dalam kutiapan ini "A Major catastrophe that may occur either naturally or as a result of human error, intervention, or even malicious intent.  It can include tangible devastation, such as the destruction of lives or assets, or intangible devastation, such as the loss of an organization's credibility or other reputational damage" dan itu yang seharusnya dilakukan.

REFERENSI.

(CORPORATE COMMUNICATION , Paul Argenti, 6th Edition).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun