Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis Humaniora (Sejarah dan Budaya)

Peneliti dan Penulis Humaniora (Sejarah dan Budaya)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Batu Nisan Makam Elizabeth Frederika Westenenk (Betsy) Isteri Jan Christiaan Bedding di Purwakarta

27 September 2025   09:00 Diperbarui: 28 September 2025   19:21 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inventaris van het archief van het Ministerie van Koloniën: Stamboeken Burgerlijke Ambtenaren, 1836-1936

Pendahuluan

Aku ingin sedikit berbagi dengan Anda tentang penemuan sebuah batu nisan makam (kerkhof) tua sebagai salah satu koleksi bernilai heraldik yang terdapat di wilayah Kabupaten Purwakarta. Batu nisan makam ini barangkali adalah salah satu yang tersisa dan teronggok sendirian, tanpa “kawan” dan tanpa perawatan. Tetapi masih berdiri kokoh dan gagah karena terbuat dari batu andesit.

Berdasarkan informasi dan kesaksian sejak masih kanak-kanak yang aku peroleh dari mendiang ayahandaku R. Widodo Pardjan yang tinggal di Jl. Wijayakusumah I No. 03 RT 20 RW 04 Lingkungan Wijayakusumah Kelurahan Nagritengah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat, bahwa dahulu kala pada masa penjajahan Kolonial Hindia Belanda, daerah yang di kemudian hari dikenal sebagai Kebon Jahe merupakan makam (kerkhof) Belanda, baik yang beragama Kristen Katholik, Kristen Protestan, maupun mungkin juga Yahudi.

Setelah semalam sebelumnya aku mengobrol dengan Bapak Deni Junaedi Ketua RW 04 yang tinggal di RT 20 RW 04 dan Bapak Rocky Markiano seorang warga yang tinggal di RT dan RW yang sama, tentang kerkhof tua, maka kami bertiga bergegas pergi ke kerkhof yang ada di Kebon Jahe, dahulu kampung Malangnengah atau sekarang Lingkungan Wijayakusumah.

Batu nisan makam itu letaknya hanya bertaut beberapa meter dari rumah Bapak Jafar Saefurohman dan Bapak Pepen Effendi Ketua RT 24 RW 04 yang kedua-duanya para penjual kupat tahu salah satu yang paling enak di Purwakarta. Batu nisan makam itu di bawah naungan kerindangan sebatang pohon mangga Kweni yang berada di sebelah Utara tanah warisan berturut-turut dari Haji Mustofa, Haji Halimi dan Haji Marzuki, kemudian dibeli oleh Haji Ahmad, pemilik Toko Emas Pelita Surya dan kemudian dihibahkan kepada putera-puterinya.

Menurut penuturan pak Pepen, batu nisan makam itu sebelumnya berada pada tanah yang posisinya lebih tinggi, yang sekarang menjadi lahan Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Purwakarta. Batu nisan makam itu berulangkali dipindahkan dengan cara diguling-gulingkan hingga pada posisinya sekarang. Batu nisan makam itu pernah menjadi dudukan drum penampung air kamar mandi warga masyarakat.

Batu nisan makam lainnya yang seperti itu ada di dalam kamar mandi rumah warga masyarakat lainnya. Masih menurut penuturan pak Pepen, “Bahkan di lahan Kantor Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta dan Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta masih ada makam-makam tersembunyi lainnya. Hal ini karena beberapa makam dicor beton sehingga menyulitkan ketika dibongkar.”

Hal ini terbukti ketika pada masa remaja berusia 18-an tahun, pak Pepen pernah pernah bermimpi dan pernah kesurupan kemasukan jin qarin atau khadam yang menamakan dirinyanya Ebra, seorang noni Belanda berscarf putih dan Deborah, seorang nyai pribumi yang berscarf merah. Luar biasanya pak Pepen kesurupan sampai dengan 40 hari lamanya.

Sumber Foto R.M.A. Ahmad Said Widodo.
Sumber Foto R.M.A. Ahmad Said Widodo.

Sumber Foto R.M.A. Ahmad Said Widodo.
Sumber Foto R.M.A. Ahmad Said Widodo.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun