Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Legenda Sangkuriang di Purwakarta

25 April 2019   19:14 Diperbarui: 3 Mei 2019   23:53 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jatiluhur-purwakarta-5cc1b731cc52834235419683.jpg
jatiluhur-purwakarta-5cc1b731cc52834235419683.jpg
Mengenai asal nama Jatiluhur dan Sangiangkendit itu ada sebuah ceritera legenda rakyat, yaitu ceritera atau dongeng "Sangkuriang". Ada dua macam pendapat mengenai kata Sangkuriang itu.

Pendapat yang pertama mengatakan, bahwa Sangkuriang itu berasal dari perkataan "Sangkriang", yang berarti : Sang = suatu penghormatan; kriya = kerja dan hyang = dewa, dewi. Sangkriang, artinya suatu pekerjaan dewa-dewi.

Pendapat yang lain mengatakan, bahwa Sangkuriang itu berasal dari perkataan "Sangguriang", yang berarti : Sang = suatu penghormatan; guru = guru dan hyang = dewa-dewi. Sangguriang artinya gurunya dewa-dewi (Batara Guru[?]).

Menurut ceritera dongeng rakyat Sangkuriang itu adalah demikian :

Pada jaman dahulu kala di sebelah barat Jatiluhur ada sebuah negara yang bernama kerajaan Kutatandingan (Kuta dalam bahasa Sunda berarti benteng pertahanan), dengan rajanya bernama Prabu Tandinganjaya, sedang patihnya bernama Pranggongjaya. Ada pun panglimanya (dalam bahasa Sunda : Panatayuda) ialah Purbakuta dan pendeta kerajaan bernama Permana Rasa.

Keadaan di dalam negara itu aman dan tenteram, rakyat hidup sejahtera. Namun di dunia ini tidak ada sesuatu hal yang kekal. Demikianlah pada suatu saat negara itu mengalami bermacam-macam kesulitan dan bencana alam, disebabkan oleh merajalelanya hama yang merusak tanaman penduduk. Berhubung dengan itu, maka raja memanggil bersidang para pembesar negara untuk membahas keadaan itu.

Dalam musyawarah tersebut seorang punakawan (semacam ajudan), yaitu Lengser mengemukakan, bahwa yang menyebabkan segala malapetaka itu adalah seekor banteng muda, namanya "Banteng Andaga" dan binatang itu ada di dalam hutan.

Maka diputuskanlah oleh sidang musyawarah para pembesar negara itu untuk membunuh Banteng Andaga. Namun meski pun demikian oleh Lengser dan para pembesar negara, dimohon kepada raja agar Baginda tidak ikut serta dalam berburu banteng itu, karena dikhawatirkan bisa terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Raja menerima baik larangan para sesepuh negara itu dan bermaksud akan melihat dari kejauhan saja.

Sesampainya di hutan, semua anggota rombongan telah siap dengan senjatanya masing-masing, seperti : tombak, panah, pedang dan sebagainya dan segera disebar ke seluruh hutan untuk mencari Banteng Andaga. Benarlah seperti dikemukakan oleh Lengser, bahwa di dalam hutan itu ada seekor banteng muda. Kemudian diadakanlah pengepungan yang rapat terhadap binatang tersebut supaya dapat dibunuh. Demikianlah segala macam senjata telah dilepaskan ke arah Banteng Andaga, namun binatang itu tidak mati, bahkan berlagak seperti mengejek.

Menyaksikan keadaan yang demikian itu, raja tidak sabar lagi dan segera bangkit akan bertindak. Banteng Andaga semakin mengamuk dan bersamaan dengan itu terdengar suara wanita menjerit karena akan diterjang binatang tersebut. Raja terkejut dan cepat-cepat akan memberikan pertolongan kepada wanita itu, tetapi di dalam hatinya masih diliputi keragu-raguan menghadapi salah satu di antara dua pilihan, yaitu :

1.Membunuh Banteng Andaga, berarti melanggar larangan para pembesar negara;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun