Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tri Hayu KHD: Memotivasi Guru Untuk Masa Depan Lebih Cerah

10 Mei 2024   09:09 Diperbarui: 10 Mei 2024   09:21 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://twitter.com/sutrisna_wibawa/status/1462239728556593153

Tri  hayu  KHD: Memotivasi Guru untuk Membangun Masa Depan Lebih Cerah

Belajar "Eksplorasi Pedoman Operasional Praktis 7-Tri-Ki Hadjar Dewantara"  Bagian III

Oleh Ahmad Rusdiana

Sumbangan  ide  dari  Ki Hadjar  Dewantara (KHD)  menjadi  pedoman  hidup  merdeka  bagi masyarakat  sampai  saat  ini  meski  dunia  telah  memasuki  era  globalisasi  yang  memiliki banyak  kecanggihan  terlebih  dibidang  teknologi.  Menurut  Khodijah  &  Nurizzati  (2018) adanya  kecanggihan  teknologi  terlebih  dalam  bidang  komunikasi  membuat  siswa-siswi menjadi  lebih  individualis  yaitu  terganggunya  interaksi  sosial  dilingkungan  sekolah dikarenakan  siswa-siswi  terlalu  fokus  dengan  smartphone  masing-masing.  Pendidikan  di Indonesia  saat  ini  sudah  terpengaruh  oleh  budaya  barat,  seseorang  menjadi  manja, pudarnya  jiwa  sosial  seseorang,  hilangnya  sopan  santun,  hilangnya  saling  menghargai sesama  manusia,  dan  berkurangnya  akhlak  serta  keterampilan  seseorang  dalam bertingkah  laku  (Suyitno,  2012).  Kamaruzzaman,  Sulistiawan & Aliwanto  (2018)  yang menyatakan  bahwa  hubungan  sosial  merupakan  suatu  kebutuhan  mutlak,  bentuk  dari adanya  hubungan  sosial  adalah  memberikan  sesuatu  kepada  orang  lain  dengan  kontak tertentu atau menggunakan alat komunikasi sebagai sarana komunikasi. Kesuanya itu, tercemin dalam konsep Tri  hayu  yang digagas oleh KHD.

Tri  hayu  merupakan  salah  satu  dari  banyaknya  Tri  logi  Tamansiswa  yang  ada. Triharsiwi dkk (2014) menyatakan bahwa Tri logi adalah hasil dari renungan para pejuang kemerdekaan  dalam  kelompok  "Selasa  Kliwonan".  Forum  yang  dihadiri  oleh  Ki Gondoatmojo, Ki Sutopo Wonoboyo, Ki Subeno, dan Ki  Suwardi Suryaningrat membahas tentang  nasib  rakyat, mencari  cara untuk  membebaskan rakyat  dari  penderitaan  akibat penjajahan.  Salah  satu  hasil  dari  forum  tersebut  yaitu  pembebasan  melalui  jalur pendidikan. Ki Hadjar Dewantara (Triharsiwi dkk, 2014)  merumuskan sebuah Trilogi Tamansiswa  yang  disebut  disebut  dengan  Tri  hayu.  Maksud  dari  Tri  hayu  ini  adalah memayu  hayuning  saliro,  dan  memayu  hayuning  menungso,  memayu hayuning  bongso.  Makna dari istilah diatas yaitu membahagiakan diri sendiri, membahagiakan hidup bangsa, dan membahagiakan hidup manusia pada umumnya.

Dimensi Tri Hayu yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang terdiri dari Memayu Hayuning Saliro, Memayu Hayuning Manungsa, dan Memayu Hayuning Bangsa, menggambarkan filosofi pendidikan yang holistik dan merangkum tujuan-tujuan utama pendidikan menurut perspektif beliau (Triharsiwi dkk, 2014). Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, dimensi ini memiliki relevansi yang kuat dalam membentuk landasan pendidikan yang bertujuan menciptakan individu yang mandiri, berbudaya, dan berkontribusi pada masyarakat dan bangsa. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing dimensi Tri Hayu:

Pertama: Memayu Hayuning Saliro: Dimensi ini menekankan pentingnya pembahagiaan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup yang merdeka dan sesuai dengan kodrat Tuhan, dengan tetap memperhatikan batasan-batasan hukum yang berlaku. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, ini bermakna memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan minat mereka secara pribadi, serta memahami nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab pribadi. Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk menjadi individu yang mampu mengelola dirinya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab.

Kedua: Memayu Hayuning Manungsa: Dimensi ini menekankan pembahagiaan terhadap manusia pada umumnya, melalui aktivitas sosial seperti bersosialisasi, gotong royong, dan berdonasi. Tujuannya adalah untuk menjaga perdamaian dan kerukunan antar sesama manusia. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, ini mencerminkan pentingnya pendidikan karakter dan pengembangan kemampuan sosial siswa. Melalui pembelajaran yang berpusat pada kerjasama, toleransi, dan empati, siswa diajak untuk menjadi individu yang peduli terhadap lingkungan sosialnya dan mampu berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.

Ketiga: Memayu Hayuning Bangsa: Dimensi ini menekankan pembahagiaan terhadap kehidupan bangsa, dengan cara melakukan kemajuan dalam berbagai bidang untuk menjadikan negara maju dengan kebudayaan yang dimiliki. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, ini berarti memberikan pendidikan yang mengutamakan pembangunan kapasitas bangsa melalui pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini termasuk pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta penguatan identitas nasional dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. Siswa diajak untuk menjadi agen perubahan yang mampu memajukan bangsa melalui kontribusi mereka dalam berbagai bidang.

Secara keseluruhan, dimensi Tri Hayu yang diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara mencerminkan pendekatan pendidikan yang komprehensif dan holistik, yang bertujuan menciptakan individu yang mandiri, berbudaya, dan berkontribusi pada masyarakat dan bangsa. Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, pendekatan ini memperkuat komitmen untuk memberikan pendidikan yang relevan, inklusif, dan berkelanjutan, yang menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan kemampuan yang baik secara pribadi, sosial, dan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun