1. Kampanye Kesadaran Publik
Sosialisasi mengenai pentingnya keberagaman gender di lingkungan PAUD perlu digencarkan. Kampanye ini dapat menunjukkan bahwa laki-laki juga mampu mendidik anak dengan baik, serta menekankan nilai positif dari peran aktif mereka dalam pendidikan usia dini.
2. Dukungan Institusional
Perguruan tinggi bisa menyediakan program mentoring, konseling, hingga beasiswa khusus bagi mahasiswa laki-laki di prodi PAUD/PIAUD. Hal ini akan menciptakan rasa diterima dan dihargai, serta menumbuhkan kepercayaan diri.
3. Pendidikan Anti-Stereotip
Kurikulum dan pelatihan yang menekankan kesetaraan gender serta pembongkaran stereotip perlu diintegrasikan ke dalam proses belajar-mengajar. Ini akan membentuk pola pikir yang lebih inklusif, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi tenaga pendidik dan masyarakat umum.
4. Menghadirkan Role Model
Mengundang guru-guru laki-laki sukses dalam seminar, workshop, atau kegiatan kampus bisa memberikan gambaran konkret bahwa laki-laki bisa berkontribusi besar dalam pendidikan anak. Figur-figur ini juga bisa menjadi inspirasi bagi calon mahasiswa lainnya.
Penutup
Rendahnya jumlah mahasiswa laki-laki di program studi PAUD/PIAUD adalah hasil dari konstruksi sosial yang perlu dikaji dan diluruskan. Dengan langkah-langkah yang strategis dan kolaboratif antara masyarakat, institusi pendidikan, serta pemerintah, keberagaman gender di dunia pendidikan anak usia dini bisa terwujud. Pada akhirnya, yang terpenting bukanlah siapa yang mengajar, tetapi bagaimana mereka mengajar dengan hati, empati, dan dedikasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI