Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menanamkan Kejujuran: Pesan Moral dari Lirik "Iku Saking Ulama Aweh Pitutur"

29 Februari 2024   20:46 Diperbarui: 29 Februari 2024   20:52 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lirik "Iku saking ulama aweh pitutur, Alamate bocah dadi jujur" mengandung pesan moral yang dalam tentang pentingnya peran ulama dalam menanamkan nilai kejujuran pada anak.

Makna lirik


  • "Iku saking ulama aweh pitutur" - Artinya "dari ulama/guru yang memberikan ajaran".
  • "Alamate bocah dadi jujur" - Artinya "tanda/bukti bahwa anak menjadi jujur".

Lirik ini menggarisbawahi urgensi peran utama para ulama atau guru dalam proses mendidik serta menanamkan nilai-nilai moral pada generasi muda, terutama dalam konteks kejujuran. Kejujuran dianggap sebagai salah satu pijakan fundamental dalam menjalani kehidupan berkelompok. Anak yang terdidik dengan penuh nilai kejujuran cenderung akan berkembang menjadi individu yang dapat dipercaya serta dihormati dalam lingkup sosial. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan moral yang ditanamkan secara konsisten oleh para pendidik memiliki dampak signifikan dalam membentuk karakter serta perilaku anak-anak.

Ulama atau guru memegang peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Mereka tidak hanya bertugas memberikan pengajaran formal, melainkan juga berfungsi sebagai contoh dan panduan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran dan arahan yang disampaikan oleh ulama atau guru diharapkan mampu menjadi penanam nilai-nilai moral yang mulia, termasuk kejujuran, kepada anak-anak. Dengan demikian, peran mereka tidak terbatas pada aspek pendidikan formal semata, tetapi juga mencakup pemberian contoh nyata dan bimbingan moral yang dapat membentuk karakter anak-anak secara holistik.


Selain ulama atau guru, orang tua serta lingkungan juga memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak. Peran mereka bukan hanya terbatas pada memberikan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan materi, tetapi juga mencakup pemberian contoh, bimbingan, dan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan moral anak. Orang tua bertanggung jawab dalam memberikan teladan yang baik serta memberikan pengarahan yang konsisten terkait dengan nilai-nilai moral, termasuk kejujuran. Sementara itu, lingkungan sekitar, seperti teman sebaya dan lingkungan sosial, juga memengaruhi pola pikir dan perilaku anak. Dengan demikian, kolaborasi antara peran ulama, guru, orang tua, dan lingkungan dapat secara bersama-sama membentuk karakter anak secara holistik dan berkualitas.

Lirik "Iku Saking Ulama Aweh Pitutur" tidak berasal dari sumber yang spesifik seperti kitab suci "Al-Qur'an" atau karya sastra tertentu. Meskipun demikian, pesan moral yang terkandung di dalamnya sejalan dengan ajaran agama Islam yang menekankan pentingnya kejujuran. Ungkapan tersebut mungkin berasal dari tradisi lisan atau pengalaman sehari-hari yang tercermin dalam budaya atau nilai-nilai masyarakat yang berakar pada ajaran agama Islam. Dengan demikian, meskipun tidak secara langsung diambil dari sumber tertentu, pesan moral yang terkandung dalam ungkapan tersebut memiliki kesesuaian dengan prinsip-prinsip yang diperjuangkan dalam ajaran Islam, khususnya dalam hal pentingnya menjunjung tinggi nilai kejujuran.

Beberapa ayat Al-Quran yang relevan dengan pesan moral lirik tersebut: 

Pexels/Polina Zimmerman
Pexels/Polina Zimmerman

Surat An-Nahl: Ayat 90 

   ۞ اِنَّ اللّٰهَ يَاۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَالۡاِحۡسَانِ وَاِيۡتَآىِٕ ذِى الۡقُرۡبٰى وَيَنۡهٰى عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡكَرِ وَالۡبَغۡىِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ‏ ٩٠

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Ayat tersebut merupakan kutipan dari Al-Qur'an, sebuah kitab suci dalam agama Islam yang dianggap sebagai pedoman utama bagi umat Muslim. Dalam ayat tersebut, Allah memberikan perintah kepada umat manusia untuk berlaku adil dan berbuat baik kepada sesama, memberikan bantuan kepada kerabat, serta melarang tindakan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Allah juga mengajarkan kepada manusia agar mereka dapat mengambil pelajaran dari ajaran-Nya. Ayat ini mencerminkan ajaran agama Islam yang menekankan pentingnya perilaku yang baik, keadilan, kasih sayang, serta larangan terhadap perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pesan moral yang terkandung dalam ayat tersebut menegaskan pentingnya menjalani kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai luhur dan meninggalkan segala bentuk perbuatan yang merugikan atau bertentangan dengan kebenaran dan keadilan.

Surat Al-Ahzab: Ayat 70 

  يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا ۙ‏ ٧٠

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah kata yang benar,"

Ayat tersebut merupakan bagian dari Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, yang merupakan sumber hukum dan pedoman utama dalam ajaran agama Islam. Dalam ayat tersebut, Allah mengajak orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada-Nya, yang berarti menjalani kehidupan dengan kesadaran akan kehadiran dan keesaan Allah serta berusaha untuk taat kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, Allah juga menyuruh mereka untuk mengucapkan kata-kata yang benar, yang mencerminkan pentingnya kejujuran dalam setiap perkataan dan tindakan. Dengan mengutamakan ketakwaan kepada Allah dan mengucapkan kata-kata yang benar, umat Islam diharapkan dapat hidup sesuai dengan ajaran-Nya dan menjalani kehidupan yang bermakna dan berharga, baik di dunia maupun di akhirat. Pesan moral yang terkandung dalam ayat ini menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan ketaatan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Selain itu, ajaran tentang pentingnya kejujuran juga terdapat dalam Hadits Nabi Muhammad SAW. 

Pexels/Athena
Pexels/Athena

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta." (H.R. Muslim)

Hadis tersebut diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dihormati dalam Islam, menyampaikan perkataan Rasulullah SAW yang berbunyi, "Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran membawa kamu menuju kebenaran, dan kebenaran membawa kamu menuju surga. Dan seseorang hendaknya selalu menegakkan kejujuran dan terus menerus jujur sehingga dia dicatat oleh Allah SWT sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, hindarilah berlaku dusta karena kedustaan akan membawa kamu menuju kejahatan, dan kejahatan akan membawa kamu menuju neraka. Dan seseorang hendaknya selalu menjauhi kedustaan dan terus menerus berdusta sehingga dia dicatat oleh Allah SWT sebagai pendusta."

Hadis tersebut mengandung pesan moral yang sangat penting dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW menekankan pentingnya kejujuran sebagai prinsip yang mendasar dalam kehidupan seorang Muslim. Kejujuran dianggap sebagai jalan menuju kebenaran dan surga, sementara kedustaan dianggap sebagai jalan menuju kejahatan dan neraka. Rasulullah juga menekankan bahwa orang yang senantiasa berlaku jujur akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah, sementara orang yang senantiasa berlaku dusta akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah. Dengan demikian, hadis ini memberikan pedoman moral yang kuat bagi umat Islam untuk mengutamakan kejujuran dalam semua aspek kehidupan mereka, sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.

(عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسل

Dari Abdullah Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda: "Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari riwayat Abdullah Ibnu Mas'ud, seorang sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW, disampaikan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut: "Sesungguhnya hendaklah kamu senantiasa berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa masuk ke dalam surga."

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menekankan pentingnya kejujuran dalam kehidupan seorang Muslim. Kejujuran dianggap sebagai prinsip yang membawa kebaikan, yang pada akhirnya akan membawa seseorang menuju surga. Pesan moral yang terkandung dalam hadis ini menunjukkan bahwa kejujuran bukan hanya dianggap sebagai tindakan yang baik, tetapi juga sebagai jalan menuju kebaikan dan surga dalam kehidupan akhirat. Oleh karena itu, dalam praktiknya, umat Islam diajarkan untuk selalu mengutamakan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan mereka sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT.

Kesimpulan 

Pesan moral yang dapat disimpulkan adalah bahwa peran ulama dalam menanamkan nilai kejujuran pada anak sangatlah penting. Ulama bukan hanya memberikan pengajaran agama secara formal, tetapi juga menjadi teladan dan pembimbing moral bagi umat. Melalui ajaran dan contoh nyata, ulama mampu menginspirasi dan membimbing anak-anak untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang dapat dipercaya dan dihormati dalam masyarakat. Dengan demikian, peran ulama tidak hanya terbatas pada menyampaikan pengetahuan agama, tetapi juga membentuk karakter dan moral anak-anak, dengan kejujuran sebagai pondasi yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun