Mohon tunggu...
Ahmad Sastra
Ahmad Sastra Mohon Tunggu... Penulis - penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ahmad Sastra adalah seorang peminat literasi fiksi maupun nonfiksi. beberapa buku fiksi dan non fiksi telah ditulisnya. banyak juga menulis artikel populer di berbagai media masa cetak dan elektronik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Muslim Merdeka di Tengah Negeri yang Kian Terjajah

5 Mei 2022   21:24 Diperbarui: 5 Mei 2022   21:44 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu esensi kemusliman seseorang adalah kemerdakaan, sebab kata muslim itu sendiri maknanya adalah berserah diri kepada Allah. Berserah diri kepada Allah dna meninggalkan penghamaan kepada makhluk adalah kemerdekaan dalam arti yang sesungguhnya.

Maka, tetaplah menjadi seorang muslim yang artinya menjadi orang merdeka, meski hidup di tengah negeri yang justru kian terjajah karena meninggal syariah Islam dan beralih kepada ideologi kapitalisme sekuler dan demokrasi liberal.

Makna yang melekat kata muslim bukan hanya merdeka dari penghambaan makhluk namun juga terkandung konsekuensi untuk memerdekakan manusia lain dan bahkan memerdekakan negerinya. 

Seorang muslim memiliki kewajiban profetik untuk menjadi pejuang agama Allah dan berjuang hingga hukum Allah diterapkan dalam negara secara kaffah hingga mencapai kemerdaan hakiki. Rasulullah membangun negara madinah sebagai negara yang merdeka karena telah menerapkan hukum Allah secara kaffah.

Indonesia, meski sebagai negeri muslim terbesar dunia, namun faktanya justru masih terjajah dan makin terjajah oleh ideologi kufur kapitalisme demokrasi sekuler liberal. Meski secara fisik penjajah telah hengkang dari negeri ini, namun hukum penjajah yang justru diterapkan. Indonesia lepas dari perang simetris dan masuk ke perang asimetris.

Mari kita berfikir dan merenung secara mendalam, agar kita mampu berbuat yang terbaik untuk bangsa ini. Agar kemerdekaan bangsa ini tidak kita sia-siakan. Bahwa sesungguhnya, kemerdekaan bangsa ini pada tahun 1945 adalah merdeka level satu, yakni merdeka secara fisik. 


Merdeka level satu ditandai dengan tidak adanya lagi tentara asing yang menembaki, menzolimi, menyiksa dan menangkap rakyat kecil. Untuk merdeka level satu inipun, negara Irak, Afghanistan dan Palestina belum bisa merasakan hingga hari ini.

Merdeka level dua adalah merdeka memilih pemerintah. Untuk merdeka level dua ini, kita lebih merdeka dibandingkan Australia atau kanada. Karena di kedua negara itu kepala negaranya dipilih oleh Ratu Inggris, bukan oleh rakyatnya sendiri. 

Pada level dua, Indonesia belum merdeka 100%, sebab ,meski rakyat yang memilih presiden, namun masih ada campur tangan asing. Bahkan seringkali campur tangan ini sangat dominan, terutama dari sisi penggiringan opini. Tak ada pemilu yang tidak diintervensi asing di negeri ini.

Merdeka level tiga adalah kebebasan memilih hukum. Di level tiga ini derajat kemerdekaan Indonesia lebih rendah lagi. Betul undang-undang kita disahkan di DPR hasil pilihan rakyat. 

Namun ada sekian banyak draf yang dibuat oleh lembaga-lembaga asing seperti IMF, UNDP dan USAID. Undang-undang strategis seperti UU migas, listrik, penanaman modal  dipastikan ada intervensi asing di dalamnya. Hanya undang-undang yang tidak strategis yang tidak diintervensi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun