Mohon tunggu...
Ahmad Syarifudin
Ahmad Syarifudin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seperti mati, hidup itu sangat mudah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Jurnalistik

16 November 2012   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:14 5669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh dari sebuah sistem komunikasi yang kompleks.

Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar.Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.

Sebagai bagian dari karya jurnalistik, bahasa berita memiliki sedikit perbedaan dengan Bahasa Indonesia pada umumnya.Bahasa ini dikenal dengan sebutan Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik (BIRJ).Setidaknya ada empat karakteristik yang menyebabkan lahirnya Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik (Bachtiar, 2000).Pertama, pekerjaan wartawan dan redaksi selalu berpacu dengan waktu.Kedua, panjang tulisan/laporan jurnalistik dibatasi oleh halaman media cetak, durasi siaran media elektronik, atau lebar layar monitor pada media internet. Ketiga, jumlah media di Indonesia kini berjumlah ribuan sehingga persaingan antaramedia kian ketat, hanya laporan yang enak dibaca/didengar yang akan diakses khalayak. Keempat, tulisan jurnalistik berbahan baku fakta, sehingga jurnalis tak perlu menulis berita dengan bahasa yang muluk-muluk atau mendayu-dayu seperti pada cerita fiksi/karya sastra.

B

BAHASA Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.

Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.

Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).

CIRI-CIRI BAHASA JURNALISTIK

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistikitu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.

Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya:

Menurut Tubiyono (2011) yang mengutip dari H. Rosihan Anwar dan John Hohenberg ada 19 ciri bahasa Indonesia jurnalistik yaitu:

1.Sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.

3.Tidak menanggalkan prefik me- dan ber- , kecuai dalam judul berita.

4. Menggunakan kalimat pendek, lengkap, dan logis.

5.Setiap alinea terdiri dari 2 atau tiga kalimat dan koherensinya terpelihara.

6.Penggunaan bentuk aktif (kata dan kalimat) lebih diutamakan. Bentuk pasif seperlunya saja.Kata sifat juga dibatasi penggunaannya.

7.Ungkapan-ungkapan klise seperti: sementara itu, perlu diketahui,di mana, kepada siapa dan sebagainya dihindari.

8.Kata berlebihan tidak digunakan.

9.Kalimat aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf.

10.Kata asing dan istilah ilmiah yang sangat teknis tidak digunakan. Kalau terpaksa harus dijelaskan.

11.Penggunaan singkatan dan akronim dibatasi. Pada pertama kali singkatan dan akronim digunakan harus diberi penjelasan kepanjangannya.

12.Penggunaan kata yang pendek didahulukan daripada kata yang panjang.

13.Tidak menggunakan kata ganti orang pertama (saya dan kami), berita harus menggunakan kata ganti orang ketiga.

14.Kutipan ditempatkan pada alinea baru.

15.Tidak memasukkan pendapat sendiri dalam berita.

16.Berita disajikan dalam bentuk past tense sesuatu yang telah terjadi.

17.Kata hari ini digunakan dalam media elektronik dan harian sore. Sedangkan kata kemarin digunakan harian pagi hari.

18.Segala sesuatu dijelaskan secara spesifik.

19.Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikatif, mudah dipahami bagi pembaca

C.KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK

1.Sederhana

Artinya mudah dipahami, gampang diingat.Kita juga harus menghindari kata-kata yang teknis ilmiah, maka, gunakanlah bahasa yang umum dipakai.

Contoh :

oSaya mengenakan alas kaki saat pergi ke kampus (TIDAK UMUM)

oSaya mengenakan sepatu saat pergi ke kampus (UMUM)

Contoh 2 :

oSaya menbeli balpoint ke warung (TIDAK UMUM)

oSaya membeli pulpen ke warung (UMUM)

Orang-orang lebih menggunakan kata pulpen untuk digunakan, dari pada balpoint, begitu juga dengan alas kaki, yang mudah dipahami adalah kata sepatu, atau sandal.

2.Singkat

Berarti langsung pada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele dan tidak berputar-putar.

Contoh :

oPedagang itu mengalami kerugian besar<menjadi>Pedagang itu rugibesar

oHarga premium mengalami penurunan<menjadi>Harga premium turun

oBaju Ardi tidak bersih<menjadi>Baju Ardi kotor

oDewi memakai jilbab<menjadi>Dewi Berjilbab

oIa mempunyai penilaian berbeda<menjadi>Ia Mempunyaipendapat

3.Padat

Mencari kata yang bisa memadat kalimat.

Contoh :

oTidak untung<menjadi>rugi

oPetani sulit mendapatkan pupuk<menjadi>Petani langka pupuk

oYusril siap mencalonkan diri menjadiPresiden<menjadi>Yusril siap jadi presiden

oPresiden pergi ke London menggunakan pesawat terbang<menjadi>Presiden terban ke London

4.Lugas

Artinya bahasa yang digunakan haruslah tegas, jelas alias to the point(langsung pada pokok pembahasan), tidak ada yang disembunyikan. Biasanya penggunaan bahasa yang tidak lugas terdapat pada lirik-lirik lagu.

Contoh :

oAku mencoba berpaling pada makhluk indah lainnya, namun aku tak bisa

5.Jelas

Artinya mudah ditangkap maksudnya, tidak baur atau kabur

Contoh :

oSeminar itu hasilnya dipublikasikan<harusnya>Hasil seminar itu dipublikasikan

oObat itu khasiatnya sangat bagus<harusnya>Khasiat obat itu sangat bagus

6.Jernih

Artinya tidak menyembunyikan makna lain

Contoh :

oKarna tidak membayar SPP, Dhoni dikartu merah oleh pihak sekolah

(karna kata kartu merah pada kalimat tersebut memiliki makna lain, maka kata kartu merah mesti memakai tanda petik)

<menjadi>Karna tidak membayar SPP, Dhoni “dikartu merah” oleh pihak sekolah.

Berbeda dengan makna kata kartu merah berikut ini :

oC.Ronaldo mendapatkan kartu merah pada menit ke sembilan (kata kartu merah tersebut mutlak sebuah karti berwarna merah)

7.Menarik

Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca, memicu selera pembaca.

Contoh :

oPersi mengalahkan persija (bahasanya diganti agar lebih menarik)<menjadi>Persib membantai persija

8.Demokratis

Bisa juga disebut bahasa yang egaliter, yaitu memberlakukan semua orang sama

Contoh :

Menurut Haris”……(√ )Menurut Pak Haris”….(X)

(walaupun dalam lingkungan sehari-hari Pak haris adalah Bapak atau Dosen kita sekali pun.)

9.Populis

Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat.Kebalikan populis adalah elitis, yaitu bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami oleh segelintir kecil orang saja terutama karena berpendidikan dan berkedudukan tinggi.

Biasanya bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang teknik ilmiah, atau kata-kata sandi yang digunakan hanya pada kalangan kelompok, lapisan atau bahkan geng tertentu.

Contoh :

okoab komah kojal koal(geng pak Asep)

oHukuman yang diterimanya merupakan konsekuensi dari kesalahannya

oMenurut hipotosa saya, pembangunan PLTSa tidak perlu dilakukan

10.Logis

Bahasa yang digunakan harus dapat diterima dan tidak bertentangan denganakal sehat

Contoh :

Jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang, namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor. (jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karna mana mungkin korban yang sudah tewas bisa melapor?)

11.Gramatikal

Artinya kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku, yaitu bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan.

Contoh :

oIa bilang (non baku/TIDAK GRAMATIKAL)

oIa mengatakan (baku /GRAMATIKAL)

12.Menghindari kata tutur

Yaitu kata yang bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.

Contoh :

oHarga kopi tersebut Rp. 1500(X)

oHarga kopi itu seribu lima ratus rupiah (√ )

13.Menghindari kata dan istilah asing

Pembaca harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.

14.Pilihan kata (diksi) yang tepat

Setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesanpokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.

15.Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembacadaripada kalimat pasif.

16.Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk umum, maka Bahasa Jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknik. Surat kabar, tabloid atau majalah yang lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, mencerminkan media itu :


a.Kurang melakukan pembinaan dan pelatihan terhadapwartawannya yang malas,
b.Tidak memiliki editor bahasa
c.Tidak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita sertalaporan, atau
d.Tidak memiliki sikaf profesional, dalam mengelola penerbitan persyang berkualitas.


17.Tunduk kepada kaidah etika

Dalam menjalankan fungsinya mendidik khalayak, pers wajib menggunakan serta tunduk pada kaidahdan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etiks berbahasa, pers tidak boleh menulisankata-kata yang tidak sopan, fulgar, sumpah serapah, hujatan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno dan berselera rendah lainya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.Kata-kata vulgar, kata-kata menjurus pornografi, biasanya lebih banyak ditemukan pada pers popular lapis bawah dan pers kuning.

D.PENYIMPANGAN BAHASA JURNALISTIK

Di awal tahun 1980-an terbersit berita bahwa bahasa Indonesia di media massa menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia baku. Roni Wahyono (1995) menemukan kemubaziran bahasa wartawan di Semarang dan Yogyakarta pada aspek gramatikal (tata bahasa), leksikal (pemilihan kosakata) dan ortografis (ejaan).Berdasarkan aspek kebahasaan, kesalahan tertinggi yang dilakukan wartawan terdapat pada aspek gramatikal dan kesalahan terendah pada aspek ortografi.Berdasarkan jenis berita, berita olahraga memiliki frekuensi kesalahan tertinggi dan frekuensi kesalahan terendah pada berita kriminal.

Penyebab terjadinya penyimpangan bahasa jurnalistik terhadap kaidah penulisan tata bahasa baku adalah minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, keterbatasan waktu untuk menulis, banyaknya naskah yang dikoreksi, dan tidak tersedianya redaktur bahasa dalam surat kabar (Dad Murniah, 2007). Pendapat ini juga selaras dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Lembaga Pers Dr. Soetomo.

Penyebab wartawan melakukan kesalahan bahasa dari faktor penulis karena minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, dan kurang bertanggung jawab terhadap pemakaian bahasa, karena kebiasaan lupa dan pendidikan yang belum baik. Selain itu, Persaingan menjadi yang tercepat dalam menyajikan berita, keterbatasan durasi atau tempat, dan tidak tersedianya redaktur bahasa adalah beberapa penyebab terjadinya kesalahan penggunaan bahasa di berita media massa. Pimpinan atau pemilik perusahaan pers seharusnya memberi perhatian serius pada persoalan ini. (lpds, 2009)

E.BENTUK PENYIMPANGAN BAHASA JURNALISTIK

Menurut Abdul Wahid (2011), terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:

Peyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks yang berupa prefiks “Afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata, prefiks adalah afiks yang diletakkan didepan kata dasar” (Hasan Alwi, 2003: 31). Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.

Kesalahan sintaksis berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian “sintaksis adalah struktur kalimat yang meliputi sujek, predikat, odjek, pelengkap dan keterangan”(Hasan Alwi, 2003: 326). Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika. Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.

Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan.Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit.Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bias makna semakin banyak.

Untuk menghindari beberapa kesalahan seperti diuraikan di atas adalah melakukan kegiatan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, dan ejaan.Selain itu, pemakai bahasa jurnalistik yang baik tercermin dari kesanggupannya menulis paragraf yang baik.Syarat untuk menulis paragraf yang baik tentu memerlukan persyaratan menulis kalimat yang baik pula.Paragraf yang berhasil tidak hanya lengkap pengembangannya tetapi juga menunjukkan kesatuan dalam isinya. Paragraf menjadi rusak  karena penyisipan-penyisipan yang tidak bertemali dan pemasukan kalimat topik kedua atau gagasan pokok lain ke dalamnya.

Oleh karena itu seorang penulis seyogyanya memperhatikan pertautan dengan (a) memperhatikan kata ganti; (b) gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar; manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, maka penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus. Sedangkan variasi dapat diperoleh dengan :

1.pemakaian kalimat yang berbeda  menurut struktur gramatikalnya.

2.memakai kalimat yang panjangnya berbeda-beda.

3.pemakaian urutan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan dengan selang-seling.


sumber :

Supadiyanto, 2012. Memburu HONOR dengan artikel.Elex media komputindo. Jakarta.

Badudu, J.S. (1988). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Tubiyono. 2011. “Bahasa Indonesia Jurnalistik”, (online), (http://www.tubiyono.com/)

Wahid, Abdul. 2011. “Penyimpangan Bahasa Jurnalistik”, (online), (http://www.pa- magelang.go.id/)

Alwi, Hasan .2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa

http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme

http://bincangmedia.wordpress.com/tag/bahasa-indonesia-ragam-jurnalistik/

http://www.scribd.com/doc/57428292/Kesalahan-Berbahasa-Indonesia-Pada-Media-Massa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun