Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa, Media Ampuh Penyampai Pesan

17 September 2018   07:46 Diperbarui: 17 September 2018   08:14 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak tersenyum riang ( Dok.Pribadi )


Pernahkah kalian melihat seorang anak yang menangis tersedu hanya karena dia dibentak kakaknya ? Atau seorang anak yang malah tertawa karena marahi ayahnya? Dua hal di atas adalah contoh efek penggunaan bahasa yang dilengkapi dengan gestur dan juga konteks yang berbeda.

Pada kasus pertama anak tersebut terbiasa dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa dengan intonasi keras dan kasar sebagai bentuk cara menegakkan disiplin atau mungkin cara mengungkapkan kemarahan. Sedangkan pada contoh kedua adalah penanaman kesadaran untuk mengakui kesalahan diri sendiri dengan melalui cara yang lebih santai, informal dan menyentuh perasaan sehingga ketika dimarahi justru tidak tersinggung tetapi malah tergelak.

Kita tidak tahu mana yang lebih sesuai untuk anda semua. Pada kasus ketiga ditemukan seorang anak yang justru tertunduk lesu dan diam sambil mendengarkan ibunya bicara tentang kesalahan yang telah dilakukan setelah terlebih dahulu dia tampak memberontak ketika kakaknya menasehatinya dengan cara yang dia tidak suka. Kasus ke tiga ini menunjukkan tingkat dan kemampuan dalam pengendalaian emosi, ketikdasukaan atas perlakuan yang tidak nyaman dan pemilihan media bahasa yang sesuai untuk efektifitas saran dan pesan.

Kasus ke tiga berakhir dengan kesediaan anak untuk berbicara dengan kata yang lebih teratur dan lembut walaupun dia semua merasa jengkel. Kemampuan anak untuk menerima nasehat, pesan dan saran sangat ditentukan oleh beberapa kondisi. 

Konteks. Perlu diketahui konteks permasalahan yang  terjadi dan dicari cara istimewa dan nyaman untuk mengatasinya.

Perasaan. Libatkan anak sebagai subjek yang juga diakui perasaanya dan dihormati keberadaannya sehingga tidak menimbulkan dampak balas dendam atau sakit hati atas perlakukan yang diterima.

Antisipasi. Libatkan daya antisipasi mereka untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dan mengambil hikmah dari kejadian yang ada.

Pelukan hangat. Akhirilah semua nasehat, pesan dan saran dengan ciuman atau pelukan hangat penanda kita sebagai orang tua tetap mencintainya. Bilamana itu guru cukup dengan elusan lembut di kepala atau di pundak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun