Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneladani Makna "Kesederhanaan" dalam Hidup Muhammad

21 November 2018   12:07 Diperbarui: 21 November 2018   12:17 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini selasa 20 Nopember 2018 tepat dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan dikalender ditandai dengan warna merah yang artinya libur nasional. Saya baru menulis artikel tentang maulid nabi malam hari ini karena di siang hari mulai kemarin dan hari ini memberikan kelas privat AMC.

Ada makna besar yang seharusnya kita resapi dan hayati di setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad setiap tahunnya, yaitu "KESEDERHANAAN". Rasulullah Muhammad dikenal sebagai pribadi yang penuh kesederhanaan, hampir disetiap sejarah menggambarkan bahwa Rasulullah Muhammad  adalah pribadi yang sederhana. Apakah makna dari "Kesederhanaan" dalam kehidupan Nabi Muhammad? Apakah kesederhanaan yang dimaksud itu artinya tidak memiliki harta? Bukan.

Hampir sebagian besar umat Islam di Indonesia memaknai "kesederhanaan" Rasulullah sebagai tidak memiliki atau tidak memikirkan harta, sehingga ada banyak ceramah yang isinya "buat apa memikirkan dunia, buat apa sibuk dengan harta, sementara rasulullah saja hidupnya sederhana, tidak perlu mobil bagus, tidak perlu handphone mahal. Itu tidak meniru Rasulullah", mungkin anda pernah mendengar ceramah seperti ini di sekitar anda, di video youtube dan di berbagai acara majelis ilmu lainnya. 

Ceramah yang isinya seperti itu sebenarnya salah besar dalam memaknai "kesederhanaan" pribadi rasulullah. Saya coba ulas makna kesederhanaan Rasulullah dari sisi yang lebih dalam yaitu dari pola pikir Rasulullah. Sederhana seperti Rasulullah itu bukan dengan tidak menggunakan jam tangan mahal, tidak menggunakan handphone bagus, tidak menggunakan mobil. Tapi sederhana seperti rasulullah itu adalah Sederhana dalam Berpikir, Simpel dalam berpikir dan berperilaku.

Apa yang dimaksud dalam sederhana dalam berpikir? Saya coba berikan ilustrasinya sebagai berikut ya, Ada seseorang yang ingin pergi ke sebuah kota tapi di pikirannya masih berpikir macam-macam ketakutan, berpikir kekhawatiran, berpikir yang "mbulet". Masih berpikir "nanti di kota A takut nyasar", "nanti takut bertemu orang jahat" dan berbagai pikiran lainnya. Itu namanya tidak sederhana, tidak simpel. 

Kalau berpikir sederhana maka ketika ingin pergi ke kota A ya sudah tinggal jalan saja pergi, dipersiapkan semuanya dan pergi. Beres. Jika dalam istilah programer itu "terlalu banyak looping" alias "muter-muter". Kalau dalam istilah keseharian adalah "terlalu banyak alasan".

Ada salah satu kisah kesederhaan dalam kehidupan Rasulullah Muhammad yang diceritakan oleh Aisyah, ketika Pada suatu malam aisyah bingung kenapa suaminya tidak pulang, lalu saat subuh dengan gelisah Aisyah pun mencoba berjalan keluar. Ketika pintu dibuka, Aisyah terbelalak kaget. Rasulullah sedang tidur di depan pintu.

" Mengapa Nabi tidur di sini?"

" Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu," jawab Nabi.

Disini terlihat bagaimana Rasulullah sangat simpel dalam berpikir, ketika dia pulang larut malam daripada mengganggu tidur istriya dia memilih tidur saja didepan pintu, Rasulullah Muhammad tidak berpikir nanti kedinginan, tidak berpikir nanti malu dilihat orang, tidak berpikir digigit nyamuk. Ketika dia tidak ingin menganggu tidur nyenyak istrinya maka ya sudah dia tidur saja di luar rumah, toh yang penting tidur. Simpel dan sederhana sekali pola pikir beliau.

Inilah yang harus kita teladani dari Nabi Muhammad, jangan dulu meniru gaya pakaiannya, jangan dulu meniru cara berjalannya tapi tirulah dulu apa yang ada dalam "Pikiran Rasullah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun