VOX POPULI VOX DEI
Oleh: Ahkam Jayadi
      Ungkapan yang sangat kita kenal dalam kehidupan bernegara pada umumnya khususnya dalam bingkai demokrasi adalah, "vox populi vox dei" suara rakyat adalah suara Tuhan. Sebuah ungkapan yang menarik untuk kita kaji oleh karena kebanyakan kita tidak mengerti makna sesungguhnya dari ungkapan tersebut. Demikian juga sisi filosofisnya bagaimana fahamnya. Kita lebih banyak memahami ungkapan itu secara sederhana dengan alih bahasa Indonesianya adalah, "suara rakyat adalah suara Tuhan".
      Ketika rakyat sudah berbicara atau pihak-pihak tertentu berbicara (misalnya anggota lembaga legislatif yang merupakan lembaga perwakilan rakyat) dengan mengatas-namakan rakyat maka semua pihak harus mendengar, mengikuti dan memenuhinya karena suara tersebut esensinya adalah suara Tuhan. Suara penguasa tertinggi dari hidup dan kehidupan ini yaitu: Tuhan Yang Maha Esa.
      Apakah benar suara rakyat adalah suara Tuhan. Jawaban sementara kita adalah bisa ya bisa tidak. Untuk itu suara rakyat yang bagaimana yang bisa kita maknakan sebagai suara Tuhan dan suara rakyat yang bagaimana yang tidak bisa kita kategorikan sebagai suara Tuhan.
Pengertian rakyat, (bahasa Inggris: people) adalah bagian dari suatu negara atau unsur penting dari suatu pemerintahan. Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ideologi yang sama dan tinggal di daerah atau pemerintahan yang sama dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu untuk membela negaranya bila diperlukan. Jadi rakyat adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu negara menjadi penghuni negara yang tunduk pada kekuasaan negara itu. Sedangkan penduduk berarti orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya).
Menurut UUD 1945, berdasarkan Pasal 26 ayat (2) yang dimaksud dengan penduduk adalah warga negara Indonesia serta orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Dengan demikian berbeda Warga Negara, Penduduk, dan Rakyat. Perbedaan utama antara rakyat, penduduk, dan warga negara terletak pada pengertian atau definisinya. Rakyat adalah semua orang yang tinggal di suatu negara, dan penduduk adalah orang yang bertempat tinggal di sebuah negara dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan warga negara adalah orang yang tinggal di sebuah negara dan punya kewajiban serta hak di mata hukum. Hanya saja tidak semua orang yang tinggal di sebuah negara bisa dikatakan sebagai warga negara, Hal ini karena ada ketentuan hukum yang harus dipenuhi. Selain itu, warga negara juga punya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.
Jadi substansi dari rakyat, penduduk dan warga Negara adalah manusia. Manusia punya hubungan hukum atau tidak punya hubungan hukum dengan Negara dimana dia sekarang berada. Â Manusia dengan demikian adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai sebuah entitas yang berbeda maka manusia sebagai ciptaan tentu saja tidak sama dan tidak bisa disamakan dengan Tuhan sebagai pencipta (khaliq).
Pada substansi diri dan kedirian manusia ada entitas yang menjadi kuasa Tuhan sepenuhnya yang menyebabkan manusia dengan Tuhan sebagai penciptaNya berbeda dan tidak bisa disamakan.
Manusia sebagai khalifah atau wakil Tuhan di permukaan bumi tugasnya adalah mengelola dan menikmati alam jagad raya ini dengan segala sumber daya alamnya. Tugas mengelola dan menikmati sumber daya alam itu dapat di lakoni oleh manusia karena Tuan dalam menciptakan manusia telah melengkapinya dengan, "akal pikiran". Akal pikiran ini akan bertumbuh sisi kuantitas dan sisi kualitasnya melalui proses pendidikan atau pembelajaran secara sistemis dan berkesinambungan.
Pada sisi lain manusia oleh Tuhan dilengkapi dengan hati nurani (qalbu) yang pada entitas ini tempatnya masuk dan munculnya bisikan Tuhan (voice of the heart), suara kebenaran (al haq). Hanya saja agar suara bisikan hati itu adalah senantiasa bersumber dari suara Tuhan, maka hati ini harus senantiasa terhubung secara hakikat dengan Tuhan di tempat pertemuan hamba dengan TuhanNya (baitullah, sumbu alam, jantung alam dan berbagai nama lainnya sebagaimana di ajarkan oleh setiap agama).
Bila hati kita tidak terhubung dan tidak terkontrol senantiasa oleh Tuhan secara hakikat, maka suara hati kita yang keluar (voice of the heart) pasti bukan entitas Tuhan. Suara hati yang keluar pasti kalau bukan bisikan setan maka dia adalah bisikan iblis. Pada ranah inilah problema sesungguhnya dari vox populi vox dei.
Suara rakyat akan dapat kita pahami sebagai suara Tuhan bila rakyat yang bersuara itu baik sebagai pribadi terlebih sebagai sebuah komunitas adalah rakyat religios. Rakyat dan komunitas rakyat yang memahami substansi dan esensi nilai-nilai ajaran agama sebagaimana mestinya dan kemudian di amalkan dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian jadi jelas vox  populi vox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan, akan tetapi hati-hati, tidak semua suara rakyat adalah suara Tuhan. Suara rakyat adalah suara Tuhan bila rakyat tersebut adalah rakyat yang memahami ajaran agamanya dan taat beribadah atau mengamalkan ajaran agamanya. Sebaliknya rakyat yang tidak memahami dan otomatis tidak mengamalkan ajaran agamannya maka suaranya pasti bukan suara Tuhan.
Demikian semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menemukan kebenaran sesungguhnya,, sehingga kita tidak lagi keliru di dalam memahami ungkapan vox populi vox dei.#.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI