Mohon tunggu...
Hiam
Hiam Mohon Tunggu... -

berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Jalanan dalam Pergaulan dan Cara Mengungkapkan Kasih Sayang dalam Berpacaran

5 Agustus 2015   11:15 Diperbarui: 5 Agustus 2015   11:22 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara mengenai anak Indonesia, berarti membicarakan seluruh anak Indonesia, tanpa terkecuali, termasuk anak yang berpendidikan ataupun tidak/belum mengenyam pendidikan, anak dari keluarga ekonomi berkecukupan juga anak yang kekurangan secara ekonomi, dan seluruh anak Indonesia, termasuk anak-anak marjinal yang terpaksa hidup di jalanan, melakukan aktifitas ekonomi di jalan baik untuk dirinya sendiri maupun demi membantu keluarganya.

Dalam hal ini saya ingin membahas tentang bagaimana anak-anak yang melakukan aktifitas ekonomi atau biasa kita sebut sebagai anak jalanan dalam perspektif pergaulan dan cara mengungkapkan kasih sayang dalam berpacaran.

Berawal dari pengalaman yang saya lihat dan amati sendiri terhadap anak-anak jalanan selama beberapa waktu, banyak hal yang menarik selama bersama anak-anak jalanan, dan ada beberapa yang hal yang membuat saya masih terngiang jelas dalam ingatan.

Dalam survei indikator RPJMN yang dirilis oleh Puslitbang KB dan KS BKKBN Tahun 2013, ada beberapa cara ungkapkan kasih sayang oleh remaja yang berpacaran, diantaranya adalah pegangan tangan, cium bibir dan meraba/merangsang. Dalam survei tersebut ternyata pegangan tangan menjadi persentase tertinggi yang dilakukan remaja pada saat pacaran, kemudian ciuman bibir diperingkat kedua dan meraba/merangsang di peringkat ke tiga. Sebagai Penelitian tersebut dilakukan terhadap 15,611 responden remaja di seluruh Indonesia.

Dalam survei RPJMN tersebut yang menjadi responden bukan spesifik terhadap anak/remaja tertentu, tapi ke seluruh lapisan. Kalau kita membicarakan hasil tersebut terhadap anak jalanan/marjinal, tentu hal-hal tersebut bisa menjadi representasi juga. Karena dari pengamatan saya pribadi selama bergaul dengan mereka, hal seperti pegangan tangan sudah menjadi hal yang sangat lumrah dilakukan di depan umum, dan hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa saja.

Hal yang saya ingat juga terhadap pengalaman waktu di jalan adalah tentang ciuman bibir, saya masih ingat betul waktu itu melakukan penjangkauan/penghalauan anak-anak yang melakukan aktifitas eknomoni dijalan, sewaktu berada di bilangan Blok M, LM Bulungan, terdapat banyak anak-anak/remaja serta orangtua yang masih berada di jalan pada malam hari, sewaku saya melakukan pendekatan dan komunikasi mereka bersedia membubarkan diri karena waktu hampir dini hari, dan walaupun mereka melakukan aktifitas ekonomi di jalanan Blok M, mereka ternyata berdomisili/bertempat tinggal di bilangan cengkareng dan sekitarnya. Pada momen tersebut mereka secara bersama-sama naik angkutan umum, dan yang membuat saya cukup kaget, anak usia belasan tahun yang tidak ikut ke rombongan cengkareng mendekati angkutan umu tersebut, saya pikir Cuma untuk berpamitan dengan teman-teman sebayanya, namun nyatanya anak laki-laki tersebut, mencium bibir anak remaja yang ada di dalam angkot tersebut. Hal tersebut dilakukan tanpa malu, sungkan, ataupun risih, padahal hal tersebut dilakukan didepan banyak orang, dan kejadian itu membuka mata, bahwa anak-anak semakin berani mengungkapkan ekspresi saat berpacaran. Tentu hal tersebut menjadi warning tersendiri bagi kita semua, jangan sampai pola pacaran saat ini menjurus ke arah sex bebas, khususnya bagi anak-anak penerus bangsa.

Tentu kejadian seperti yang saya lihat tersebut, ibarat fenomena gunung es, yang mungkin terlihat dipermukaan hanya sedikit, tapi saat kita lihat lebih dalam dan lebih jauh, hal tersebut lebih besar dan patut menjadi perhatian semua pihak.

Dan patut kita ingat, anak-anak jalanan/marjinal juga anak Indoneisa, yang memiliki hak yang sama sebagai anak Indonesia, masyarakat, pemerintah memiliki kewajiban memberikan pendidikan dan pemahaman juga kepada mereka, agar mereka tidak terjerembab kepada sex bebas dan pernikahan dini. Dan yang lebih utama agar anak-anak jalanan mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan keluar dari jalanan. Dan Saya berharap Indonesia tanpa anak jalanan / anak yang melakukanan aktifitas ekonomi di jalan adalah bukan impian.

Selamatkan Anak Indonesia

tulisan ini diterbitkan juga di

https://aahilma.wordpress.com/2015/08/05/anak-jalanan-dalam-pergaulan-dan-cara-mengungkapkan-kasih-sayang-dalam-berpacaran/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun