Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beliau Menyebut Dirinya "Ma Nung"

22 November 2021   08:00 Diperbarui: 23 November 2021   22:30 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi asisten rumah tangga (Sumber: istockphoto)

Belasan tahun kami menikah, sudah ada tiga ibu yang bekerja masuk keluar membantu pekerjaan rumah tangga kami. Namun ibu yang keempat inilah yang mampu bertahan lama.

Lebih 12 tahun beliau bekerja membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, memasak, sesekali membersihkan halaman, dan menemani anak-anak usai pulang sekolah. Maklum, kami berdua baru pulang kerja jam empat sore.

Pada saat tertentu, kami harus pulang kerja di luar jadwal. Ma Nung sering menunggu anak-anak sampai larut malam. 

Kadang, Ma Nung meminta izin untuk mengajak anak-anak diasuh di rumahnya yang hanya beberapa ratus meter jaraknya. Rumah sederhana namun nyaman ditinggali karena bersih.

Hal yang menarik, beliau tidak pernah menganggap dirinya sebagai pembantu atau asisten rumah tangga. 

Beliau menyebut dirinya "Ma Nung". "Ma" dari kata mama dan "Nung" adalah nama panggilannya sewaktu kecil.

Etos Kerja Ma Nung

Berdasarkan pengamatan, ada sejumlah etos kerja yang kami sukai dari Ma Nung.

Yang pertama: konsisten-tekun dalam bekerja. Beliau memiliki pola kerja rutin yaitu berbelanja, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, istirahat siang dan sekitar jam dua sore menyetrika pakaian. 

Rentetan pekerjaan dan istirahat siang dijalaninya dari pukul enam pagi sampai jam tiga sore.

Yang kedua: tulus-tidak selalu merasa berhak. Ma Nung tipikal masyarakat Sunda yang ramah dan taat beribadah. 

Pekerjaannya dilakukan sebagai bagian ibadah. Beliau hanya mengambil bila kami persilakan. 

Karena ketulusannya itu, sejak awal kami selalu berbagi masakan rumah untuk keluarganya. Pun bila ada makanan yang kami beli, kami sering menyisihkan sebagian untuknya. Anak-anaklah yang mengantarkan makanan itu untuk keluarga beliau.

Yang ketiga: menerima gaji dan menyesuaikan dengan pola hidup keluarganya. Rumah tangga keluarga Ma Nung dinyalakan dari penghasilan beliau dan suaminya. Upah mingguan diberikan setiap hari sabtu.

Keluarga Ma Nung tidak neko-neko. Wajar kalau sesekali bersantap sedikit mewah saat acara keluarga atau hari raya. 

Mereka juga merencanakan piknik keluarga besar di tempat-tempat melancongnya orang ibu kota.

Yang keempat: jujur. Saya sering mendengar cerita jika ART berperilaku tidak jujur. 

Ketidakjujuran dari hal kecil seperti mengambil sabun cuci (untuk dipakai di rumah), uang receh sisa belanja (sekedar untuk jajan atau disisihkan untuk melengkapi kebutuhan), menyembunyikan barang tertentu (dengan maksud pemiliknya akan lupa), sampai ke tindakan kriminal, mencuri uang majikan atau benda-benda berharga lainnya.

Tapi syukurlah, Ma Nung memiliki karakter yang jujur.

Yang kelima: kreatif. Kreativitas Ma Nung nampak di tugas hariannya, memasak. Beliau memegang uang belanja dan mengatur pembelian sebagian bahan-bahan masakan.

Biasanya istri memberikan uang belanja dan resep untuk membuat masakan tertentu bagi anak-anak. Beliau dapat merealisasikannya. Bahkan beberapa kali berkreasi memasak makanan yang tidak biasa, seperti oseng bunga pepaya, oseng daun pepaya, tongkol suwir pedas, dan aneka olahan sayur santan yang disukai anak-anak. 

Terakhir ini, beliau sudah mahir belajar dari istri membuat soto kudus, sego pindang dan berkolaborasi dengan anak memasak empal gentong.

Yang keenam: setia. Kelihatannya banyak yang berpendapat kesetiaan ART berbanding lurus dengan usia. Semakin tua, semakin setia. Kalau dipikir, ada benarnya. Semakin kita menua, pilihan pekerjaan yang sesuai performa semakin sedikit.

Ilustrasi asisten rumah tangga bermain dengan anak-anak (Sumber: Pexels.com)
Ilustrasi asisten rumah tangga bermain dengan anak-anak (Sumber: Pexels.com)

Bisa jadi Ma Nung berada di posisi itu. Tetapi jika mengingat anak-anaknya yang sudah berumah tangga dan bekerja, rasanya hanya ada satu alasan kesetiaannya yang paling pas, yaitu menikmati pekerjaan daripada berdiam menunggu suami pulang kerja. 

Kemanusiawian "Ma Nung"

Sebenarnya "Ma Nung" kami memiliki perasaan yang halus dan sensitif. Di tahun-tahun awal beliau mulai bekerja, hal tersebut tidak kentara.

Suatu ketika, kami pulang ke rumah agak siangan. Ma Nung masih bekerja menyetrika. Di dapur, kami guyonan resign, tetapi sama sekali tidak menyinggung beliau.

Keesokan harinya, Ma Nung tidak masuk kerja, tidak ada kabar. Demikian dua tiga hari berikutnya. Saat itu kami berpikir beliau mungkin sakit.

Di hari terakhir kami berjumpa, beliau memang terlihat kurang sehat. Sengaja kami tidak menghubungi supaya beliau beristirahat untuk pemulihan.

Hari keempat sore hari, istri meminta anak-anak untuk mengunjungi Ma Nung sambil membawa makanan dan uang gajian mingguan. 

Ketika ditemui anak-anak, Ma Nung menangis dan bilang ke anak-anak, "Ma Nung minta maaf, belum pamit. Papa dan Mama sudah tidak mempekerjakan Ma Nung lagi", kata beliau.

Kami melongo saja mendengar cerita itu dari anak-anak. Akhirnya si sulung pun kami minta balik lagi ke rumah Ma Nung untuk mengajaknya kembali bekerja.

Senin pagi, Ma Nung datang. Senyum-senyum mengklarifikasi. Di hari rabu saat kami guyonan, ia merasa kami sedang merencanakan memberhentikan beliau.

Sewaktu anggota keluarga beliau terkena Covid-19, sebenarnya kami memintanya untuk tes antigen sebelum datang kembali ke rumah. Tetapi Ma Nung memutuskan untuk ikut isolasi mandiri.

Awalnya untuk menopang perekonomian rumah tangganya, kami mengirimkan uang gaji mingguan walaupun beliau tidak bekerja. Minggu berikutnya kami mengirimkan uang untuk keperluan tes antigen.

Karena belum hadir juga, pagi itu istri mengirim pesan melalui WA. Saya mewanti-wanti untuk menggunakan bahasa yang tepat. 

Dalam balasannya, Ma Nung menjawab ingin mendampingi keluarganya terlebih dahulu.

Ma Nung tidak mau tes antigen karena jika nanti diketahui hasilnya positif akan berimbas ke mana-mana. Melalui pesan balasan, Ma Nung mempersilakan kami mencari ganti beliau.

Minggu ketiga Ma Nung belum hadir juga. Ternyata ia sudah pasrah, kami telah memberhentikannya. 

Benar dugaan saya, ada miskomunikasi dalam menafsirkan bahasa pesan. Ya, akhirnya istri mengalah, mendatangi rumahnya untuk mempersilakan bekerja lagi.

Dulu sekali, suaminya sempat menjadi pengantar anak kami pergi pulang sekolah. Mungkin saat itu sedang naas, mobil yang dikendarainya menabrak pintu gerbang rumah. 

Ada cerita dari tetangga jika suaminya saat itu menangis dan menunggu mobil seharian di rumah. Tujuannya agar bisa bertemu kami dan meminta maaf. Ma Nung lagi-lagi sensitif merasa akan diberhentikan.

Rusaknya mobil yang tidak seberapa parah itu akhirnya terselesaikan dengan klaim asuransi.

Belajar dari Ma Nung

Merefleksikan kinerja Ma Nung, sebenarnya asisten rumah tangga tidak berbeda dengan pekerja-pekerja lainnya.

Mereka memiliki etos kerja yang akan terlihat setelah sekian lama mereka menangani pekerjaan. 

Etos kerja ini berlaku juga untuk kita dengan profesi baik apapun, dan profesi pada bidang apapun.

Kita senang dengan reward tambahan di luar gaji. Kita senang dengan tujangan hari raya. Bahkan kita senang bila mendapatkan layanan pengobatan dari instansi tempat kerja ketika kita atau anggota keluarga kita sakit. Asisten rumah tangga pasti senang dan mensyukuri bila ada penghargaan seperti itu juga.

Mendapatkan pekerja seperti Ma Nung yang handal dan dapat dipercaya tidaklah mudah. Apalagi asisten rumah tangga biasanya diberi akses untuk masuk ke zona pribadi kehidupan keluarga.

Ma Nung (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ma Nung (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Mereka mengasuh anak-anak. Ini artinya kita harus bersedia merelakan keteladanan, pendidikan, dan keibuan mereka untuk dialami oleh anak-anak.

Mereka memasak, menyiapkan hasil masakan, mencuci pakaian dan perabotan. Ini artinya kita pun selayaknya sadar bahwa sebagian kesehatan keluarga harus dipercayakan kepada mereka.

Sebagian penampilan kita pun harus rela ditentukan oleh mereka. Mereka menyetrika pakaian, membersihkan rumah, merapihkan perabotan, dan membersihkan halaman.

Citra bahagia tidaknya keluarga juga bisa terpublikasi ke tetangga sekitar melalui mereka.

Kesimpulannya, sebaiknya kita berhati-hati saat berbicara, bertindak, atau menampilkan gaya hidup keseharian saat ART ada di tengah keluarga, apalagi kalau mereka berstatus menginap.

Selektif dalam mempekerjakan mereka adalah sebuah keharusan. Ulasan tentang hal tersebut pasti sudah banyak dirambu-rambukan berdasarkan pengalaman banyak keluarga.

Sekedar memberikan catatan, keberanian mengangkat seorang asisten rumah tangga sebaiknya diimbangi dengan niatan untuk mempertahankan kesetiaannya, menghargai pengorbanannya dan memberikan kesejahteraan sesuai ukuran kemampuan dan kemauan kita masin- masing.

Cara pandang dan ukuran kesempurnaan kerja tentu berbeda antara kita sebagai yang menuntut dengan mereka yang melakukannya. Kadang kita perlu memperlebar batas toleransi, atau meminjam istilah istri, "Merem sajalah Pah".  

Jika tidak berkenan dengan segala resikonya, ya D I Y sajalah. Alternatif lain, gunakan aplikasi layanan dalam jejaring. Di sana ada beragam jasa kerumahtanggaan yang siap membantu. 

Ada makanan jadi yang siap diantar, jasa laundry dan setrika rapih, jasa membersihkan rumah dan halaman, bahkan jasa mengasuh anak atau merawat eyang. Kita hanya perlu mengkonversikan semuanya ke rupiah dengan kalkulasi yang benar.

(Merem (bahasa Jawa)= memejamkan mata)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun