Mohon tunggu...
Ahalla Tsauro
Ahalla Tsauro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar, Penerjemah & Penggemar Sepak Bola

Karena Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Al-Annabi Kembali Juara Asia, Mengapa Sepak Bola Qatar Berprestasi?

11 Februari 2024   03:09 Diperbarui: 11 Februari 2024   06:25 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Website resmi AFC (the-afc.com)

11 Febuari 2024 adalah hari istimewa bagi timnas Qatar, khususnya pemain andalannya, Akram Afif. Tiga golnya dari titik putih membuat squad Al-Annabi atau The Maroons unggul 3-1 atas Jordania, yang hanya bisa membalas melalui gol Yazan Al-Naimat. Stadion Lusail, yang juga tempat Argentina menjadi Juara dunia 2022 menjadi saksi selebrasi tiada henti atas pencapaian tim asuhan Tintin Marquez. 

Dengan hasil ini, secara resmi menjadikan Qatar sebagai negara ke lima yang menjadi juara Asia dua kali beruntun (2019 & 2024). sebelumnya, predikat back-to-back winner menjadi milik Korea Selatan (1956-1960), Saudi Arabia (1984-1988), Jepang (2000 & 2004), dan Iran yang berhasil melakukan three-peat alias juara tiga kali beruntun (1968, 1972, 1976). Sangat mungkin kemudian bagi Qatar untuk mengejar pencapaian yang sama seperti Iran di edisi Piala Asia selanjutnya. 

Perjalanan juara sekaligus tuan rumah Piala Asia 2023 sempat cukup diragukan di awal kompetisi. Meski tampil sebagai juara bertahan, para pengamat sepak bola Asia masih mengunggulkan tim-tim yang menjadi langganan Piala Dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Saudi Arabia dan Australia yang dihuni pemain-pemain top yang berlaga di liga bergengsi di Eropa. Sebut Saja Kim Min Jae (Bayern Munich), Son Heung Min (Tottenham Hotspur), Endo (Liverpool), Mahdi Taremi (Porto) dan masih banyak lagi. Uniknya, kecemerlangan The Maroons justru datang dari skuad yang diisi oleh pemain yang berlaga di liga lokal yakni Qatar Stars League (QSL).

Lantas, apa yang membuat sepak bola Qatar begitu beprestasi?

Jika ditarik ke edisi Piala Asia di era 80an, 90an dan 2000an, partisipasi Qatar seringkali berhenti di fase grup, paling tinggi di babak 16 besar. Perubahan sepakbola Qatar yang ambisius harus dilalui melalui proses yang panjang dan berliku. Kerja keras dari pemerintah Qatar melalui Qatar Football Association (QFA) untuk menyediakan fasilitas, kompetisi dan pembinaan yang memadai telah terjadi di era 2000an. 

Di saat yang sama Kompetisi liga QSL telah mengalami perkembangan pesat selama hampir dua dekade terakhir. Kedatangan Xavi Hernandez sebagai pelatih Klub Al-Sadd di tahun 2015 telah mewarnai corak sepak bola Qatar. Pelatih Nasional dari Spanyol dan Portugal didatangkan dalam sepuluh tahun terakhir telah membentuk corak sepakbola tersendiri bagi timnas Qatar. Tidak hanya itu, salah satu Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al-Thani salah satu pemegang saham Qatar Sports Investment telah membeli klub asal Perancis, Paris Saint Germain pada tahun 2011. 

Ambisi dari Royal Family Qatar khususnya Syaikh Tamim Bin Hamad Al-Thani merupakan faktor utama dalam kesuksesan Sepak Bola Qatar. Kesadaran akan populasi yang sedikit, Qatar memanfaatkan kekuatan finansialnya khususnya dari bisnis minyak dan gas alam untuk merekrut profesional dari Eropa. Seorang Direktur Pusat Pelatihan Olimpiade Jerman, Andreas Bleicher diundang oleh Pemerintah Qatar di tahun 2004 untuk menyusun program ambisius yang dapat menjadikan sepak bola di Qatar dari yang sebelumnya medioker menjadi dihormati di dunia. 

Bleicher merekrut Josep Colomer, mantan staff di Barcelona FC yang bertugas merekrut pemain muda potensial. Colomer dikenal sebagai seorang yang menemukan bakat Lionel Messi melalui pengamatan yang jeli. 

Lantas, Colomer melakukan scouting kepada talenta muda berbakat dari Afrika untuk diberikan beasiswa berlatih di Aspire Academy, sebuah akademi sepak bola bergensi di Qatar. dengan program ini, Bleicher yakin bahwa para pemain muda akan tertarik menjadi pemain nasional Qatar melalui program naturalisasi. Pada tahun 2007, pencarian talenta muda berbakat dilakukan dengan menargetkan pada Benua Afrika berfokus pada tujuh negara ; Maroko, Kamerun, Ghana, Kenya, Nigeria, Senegal dan Afrika Selatan. 

Proses scouting dimulai dengan mengamati pertandingan di setiap local training center. Kemudian menyeleksi 50 pemain muda dari setiap negara untuk berlatih hingga mendapati tiga terbaik dari setiap negara untuk diundang ke Aspire Academy, Doha. Tiga pemain muda ini kemudian diberikan fasilitas yang mana negara mereka tidak pernah memberi. 

Program ini lambat laun mengalami perluasan area scouting, menjadi 17 negara, termasuk di Amerika (Guatemala, Kosta Rika dan Paraguay) dan Asia (Vietnam dan Thailand). Dengan membludaknya minat, seluruh pembinaan talenta terpilih tidak diadakan hanya di Qatar, tapi juga diadakan di Senegal. Dengan skema rekrutmen ini, tidak heran jika kualitas pemain Qatar cukup meningkat pesat.

Rekrutmen talenta muda ini sempat mendapat sorotan dari FIFA karena dianggap eksploitasi pemain di bawah umur dari setiap negara. Pada tahun 2011, QFA dan Aspire Academy memberikan opsi bagi setiap pemain muda untuk melanjutkan karir di Eropa atau Asia dan diperkenakan untuk membela negara asli mereka masing-masing.

Di sisi lain, secara kompetisi liga, QFA sejatinya telah mentransformasi kompetisi dari berbagai golongan umur dan ruang lingkup kompetisi. Selain kompetisi berjenjang, kompetisi antar sekolah layaknya di Jepang juga mendapat perhatian penuh dari federasi. Kasta tertinggi QSL yang hanya dihuni 12 klub juga difasilitasi dengan kompetisi domestik tambahan bagi klub-klub, yakni Emir of Qatar Cup, Sheikh Jassim Cup, Qatari Cup, Qatar Stars Cup (kompetisi Klub U19 dan U23) dan Qatar FA Cup. Selain itu, Qatar juga diuntungkan oleh adanya kompetisi antar klub di Timur Tengah. 

Animo masyarakat kawasan Teluk soal sepak bola memang tengah menggila, apalagi negara tetangga Qatar yakni Saudi Arabia juga tengah menggelontorkan dana triliunan untuk menaikkan standar Saudi Super League dengan mendatangkan pemain-pemain eropa termasuk mega bintang Cristiano Ronaldo. Beberapa kompetisi eropa seperti Spanish Super Cup dan Supercopa Italia juga diadakan di sana. Tidak hanya itu, FIFA juga memfasilitasi FIFA Arab Cup untuk kompetisi internal kawasan. Semua program dan juga lingkungan yang mendukung ini menjadi basis penting dalam revolusi sepak bola Qatar. 

Menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah faktor krusial dalam kebangkitan sepak bola Qatar. Meski partisipasi pertama kali dengan hasil yang tidak memuaskan, capaian tampil di kompetisi bergengsi dunia ini patut diapresasi meskipun dianggap sebagai privilege negara kaya di kawasan Teluk. 

Ditambah lagi, kualitas stadion megah dan training camp telah disulap seperti taraf klub terbaik eropa. Akan tetapi, beberapa tahun sebelum itu, Qatar sejatinya sudah memanen hasil dari apa yang mereka programkan. Partisipasi impresif di Piala Asia U23 di tahun 2018 mencapai tempat ke tiga adalah buah instan dari usaha Qatar. Pemain muda kala itu seperti Akram Afif, Almoez Ali dan Tarek Salman menjadi pondasi penting di level senior. 

Pemain senior saat ini, Hassan Al-Haydos juga merupakan salah satu pemain yang mengantarkan Al-Sadd menjadi juara Liga Champions Asia di 2011, mengalahkan Jeonbuk Hyunadi Motors lewat adul pinalti. Bisa dibilang, prestasi di Piala Asia 2019 merupakan kombinasi antara pemain muda dan senior hasil dari kerja keras QFA dan kualitas QSL yang saat itu menunjukkan tren positif dengan mengalahkan tim-tim kuat saat itu seperti Saudi Arabia, Korea Selatan dan serta mengalahkan Jepang di Final.  

Pendek kata, kemenangan Al-Annabi di kejuaraan tertinggi Asia kali ini bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan, bagian dari kerja-kerja serius untuk mengubah sepak bola Qatar disegani di level internasional. Skema rekrutmen, sistem liga, pembinaan pemain dan fasilitas sangat menunjang dan menjadi prasayarat sah serta modal utama sebagai kampiun dua tahun beruntun. Sekali lagi, Mabrouk Al-Annabi!


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun