Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Megat Serimbun Daun

6 Februari 2020   09:45 Diperbarui: 6 Februari 2020   09:57 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi "Tepulut" by Agus Yaman

Ada banyak dongeng/legenda/cerita rakyat/mitos di negeri kita Indonesia tercinta ini. Tiap-tiap daerah, pulau, desa, kampung, pelosok terpencil pun ada puluhan cerita rakyat yang didalamnya terkandung kebijakan, kesabaran, pelajaran dan untuk menguatkan pikiran dan hati orang-orang yang mendengarnya. Sebagian besar cerita rakyat yang dikisahkan para orang tua untuk anak-anaknya agar anak-anaknya mendapat pelajaran yang berarti.

Ada satu kisah yang membuat saya terkesan dari apa yang diceritakan almarhumah emak saya yang hingga saat ini berbekas dalam sanubari saya. Didalamnya terdapat pelajaran tentang harapan, kekecewaan yang harus ditutupi dengan kesabaran. 

Pengajaran bahwa musibah dan hidup negatif itu bisa berasal dari orang terdekat maupun terjauh serta pengharapan yang berlebihan dari diri sendiri. Kisah tentang Megat Serimbun Daun.

Megat merupakan gelar anak laki-laki dari seorang yang terkemuka pada zaman dulu di pulau Bangka. Sedangkan Serimbun Daun adalah tumbuhan yang sangat subur dan rindang. Jadi istilah nama Megat Serimbun Daun mempunyai arti LAKI-LAKI DARI ANAK ORANG YANG TERKEMUKA SELALU BERTEDUH DAN BERSEMBUNYI DI BALIK SEBATANG POHON YANG RINDANG.

Konon ceritanya Megat Serimbun Daun ini kerjanya setiap hari selalu bermain gasing dan memasang repas (perangkap burung) dengan tujuan untuk menangkap burung Kerakonkon, yang mana burung kerakonkon ini merupakan penjelmaan dari seorang putri yang telah disumpah oleh ibunya. Cerita ini sudah diketahui masyarakat sekitar dan Megat adalah pemuda yang berniat ingin menangkap burung tersebut.

Pada suatu hari Megat Serimbun Daun mengajak temannya untuk bermain gasing. Setelah bermain gasing Megat berkata kepada temannya bahwa ia ingin memasang repas di sebuah padang yang luas, karena disitu banyak terdapat buah keraduduk (sejenis buah yang tumbuh liar di tiap padang/hutan/tepi pantai di Bangka Belitung, buahnya hitam kecil manis dan seperti ada kelopak berbentuk mahkota dipangkal buah) sehingga burung Kerakonkon itu berdatangan semua ke daerah tersebut. 

Perbuatan Megat itu rupa-rupanya diketahui oleh para dayang-dayang yang selalu menemani burung jelmaan tersebut, mereka berdatangan kepadang belukar untuk memetik buah keraduduk bila musimnya telah tiba pengambilan buah tersebut untuk dikumpulkan kepada burung jelmaan.

Namun para dayang tanpa mereka sadari selalu menganggu repas Megat Serimbun Daun. Karena itu tangkapan Megat selalu lepas. Hal ini menimbulkan kecurigaan Megat Serimbun Daun. Apakah ini disengaja atau tidak. 

Usahanya selalu dicobanya berulang-ulang kali sambil menunggu di tempat persembunyiannya di bawah sebatang pohon yang sangat rimbun. Belum lama Megat bersembunyi datanglah seekor burung Kerakonkon melayang-layng menuju repas Megat Serimbun Daun.  Burung Kerakonkon terpijak pada repas dan menjerit-jerit kesakitan karena kakinya terikat kencang. 

Megat serimbun daun keluar dari persembunyiannya kemudian menuju tempat arah suara burung tersebut. Setelah terlihat oleh Megat bahwa burung Kerakonkon tertangkap, hatinya berdebar-debar dan tergesa-gesa melepas burung Kerakonkon dari jeratan. Bukan main takutnya burung itu setelah ditangkap oleh Megat, dua tiga kali burung itu mencoba untuk melepaskan diri mematuk tangan Megat namun usahanya sia-sia belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun