Gambarnya pinjam putragiriharja3.blogspot.com ---
“Kita bikin pemberontakan saja!”
Sadewa yang sedang asyik medang ronde seketika tersedak hingga satu bulatan merahjambu meloncat dari kerongkongannya; bulatan itu mendarat di atas meja, menggelinding ke dekat sepasang kaki. Nakula sudah berdiri mantap di atas meja sambil mengangkat tinjunya.
“Edan sampeyan, Mas!”
“Kalau kamu masih diam saja begini, itu kamu yang edan!” Nakula membeladiri. “Orang jaman sekarang itu sudah malas mengakui jatidiri mereka sendiri. Mereka itu wayang, tapi malu mengakui bahwa mereka adalah selembar kulit yang tak punya otak!”
“Lha Mas kok tahu? Rumangsanya mantep begitu?”
Nakula mengambil posisi duduk, kemudian menyalakan rokoknya sambil jegang santai—masih di atas meja. “Gini lho, Wa,”—ia tepuk pundak adiknya sok bijak—“Jumlah wayang di dunia kita itu cuma sedikit, tapi dalangnya banyak.”
“Oalah, edan sampeyan, Mas. Bukannya itu hal lumrah? Dalang-dalang jelas banyak begitu, ada Anom Suroto, Manteb, Joko Edan, Hadi Sugito... Wis rak etung.”
“Dalang yang ngaku dalang memang banyak, Wa. Tapi dalang yang terlalu kecut untuk mengaku, lebih buanyak lagi. Sekarang jawab aku, Wa, kamu mau ikut aku jadi pahlawan?”
“Wis rak waras, kangmasku iki. Pahlawan apa? Dalang pengecut itu siapa?”
“Ada di mana-mana! Di tipi, di pesbuk, tuwiter, di forum-forum... Mereka menyetir semua orang untuk lupa pada jatidirinya! Mereka lupa bahwa mereka wayang; lupa bahwa mereka menuruti apa saja yang disuruh oleh dalang-dalang kecut itu! Bahkan apa yang dikatakan oleh para dalang itu, mereka perbincangkan juga di mana-mana!”
Tiba-tiba datang seseorang merangkul Nakula, kemudian ikut duduk jegang di atas meja.
“Betul sekali, mas Nakula. Lebih parah lagi, orang-orang kita ikut-ikutan kecut juga! Mereka terlalu kecut mengakui bahwa republik ini telah jauh berbeda dengan apa yang diimpikan para pendirinya. Ini republik, tapi semua saling bersaudara dan berkawin-kawin dalam menduduki jabatan tinggi! Katanya negara kesatuan, kenapa sibuk membikin negara dalam negara? Dan, asal tahu saja, penulis fan-fiction ini juga pengecut!”
“Lha Bapak ini siapa?” tanya Nakula penuh selidik.
“Perkenalkan, nama saya Sujowo Teji, dan saya bisa mendalang.”
“Bapak mau ikut kami memberontak?”
Sujowo Teji mengangguk mantap.
---
Begitu mudahnya gerakan pemberontakan berkobar. Begitu cepatnya, cukup sekelebat gunungan wayang, pemberontakan yang dipimpin Sujowo Teji, Nakula, Sadewa dan kakak-kakaknya, segera berhasil menumbangkan kekuasaan. Seperti mimpi, Republik Ngastina runtuh. Berdiri Kekaisaran Indraprasta dengan rajanya Prabu Puntadewa, manteri-menterinya para Pandawa, serta mahapatih Sujowo Teji. Tidak perlu malu-malu lagi mengakui, bahwa semua pejabat lahir dari satu rahim, toh ini negara kerajaan. Kenapa judulnya tidak relevan? Toh ini cuma fan-fiction!
14042013
maaf ya, kalau ada yang tersungging.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI