Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Pesan WhatsApp ke Ruang Lobi: Pertemuan Tak Terduga antara Dua Agus

6 Oktober 2025   06:14 Diperbarui: 6 Oktober 2025   06:14 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agustinus Kosasih bersama penulis di Kantor Pimpinan Wayah Muhammadiyah Jawah Timur. Foto: Ahmad Jabir/PWMU

Hari itu, Kamis (2/10/2024), layar ponsel saya berkedip. Dua kali panggilan suara masuk lewat WhatsApp, tetapi tidak sempat saya angkat. Beberapa saat kemudian, sebuah pesan singkat muncul.

"Selamat pagi," tulisnya ramah, disertai tautan dari PWMU.CO.

Pengirim pesan itu menambahkan keterangan bahwa ia baru saja membaca tulisan saya di PWMU.CO dan ingin menanyakan beberapa hal.

Saya pun membalas seperlunya, sekadar memastikan bahwa pesan itu benar-benar ditujukan kepada saya. Tak lama kemudian, ia memperkenalkan diri.

"Saya Agustinus. Sama-sama Agus, Pak. Kebetulan saya sedang berada di Siwalankerto. Nanti saya mampir ke Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) di Kertomenanggal," ujarnya lewat WhatsApp.

Kantor PW Muhammadiyah memang tak jauh dari Jalan Siwalankerto. Hanya sekitar 1,5 kilometer.

Singkat kata, kami lalu sepakat bertemu di Kantor PW Muhammadiyah pada Jumat (3/10/2025). Sebelum pertemuan itu, ia sempat mengirim overview singkat tentang perusahaannya. Rupanya, Agustinus Kosassih, nama lengkapnya, adalah seorang pengusaha properti.

Sejak 2010, dia menekuni bidang pengembangan perumahan, bukan apartemen tinggi atau pusat pertokoan, melainkan hunian sederhana untuk keluarga muda.

Mayoritas pembeli rumahnya adalah keluarga yang baru pertama kali memiliki hunian. Mereka biasanya telah lama bermimpi, menabung bertahun-tahun, hingga akhirnya mampu membayar uang muka (down payment). Di situlah mereka datang ke proyek perumahan Agustinus, lalu memilih rumah impian mereka.

Yang menarik, Agustinus selalu memberi ruang kepada pembelinya. Mereka boleh ikut menentukan material bangunan, bahkan memilih sendiri tanggal peletakan batu pertama. Sebuah pendekatan personal yang jarang ditemui di dunia properti, yang umumnya serba kaku dan ditentukan sepihak oleh pengembang.

Hari Jumat tiba. Sesuai janji, Agustinus datang ke Kantor PW Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya. Begitu bertemu, ia tampak sedikit terkejut.

"Lho, kok beda ya, Pak, wajah di foto dengan sosok aslinya," katanya sambil tertawa kecil.

Kami pun duduk di lobi PWM Jatim. Obrolan mengalir begitu saja. Seperti dua sahabat lama yang lama tak bertemu. Dari pengalaman kerja, jatuh bangun usaha, hingga perjalanan hidup, semua ia ceritakan dengan gaya santai.

Di tengah percakapan, saya balik bertanya, "Kalau boleh tahu, sebenarnya apa hubungannya dengan tulisan saya?"

Agustinus tersenyum. "Itulah, Pak. Saya penasaran, dari mana Anda menemukan angle. Bagi saya itu di luar nurul," ujarnya sambil terkekeh. Kata nurul yang ia maksud sebenarnya adalah nalar, tapi sengaja ia pelesetkan sebagai guyonan.

***

Rasa penasaran Agustinus Kosasih berawal dari sebuah pencarian sederhana di mesin pencari. Ia mengetik kata kunci "Komunitas". Dari situ, muncul artikel di PWMU.CO berjudul "Kisah Satria Nugraha, Web Developer 'Krismuha' di Balik Layar Dakwah Digital Muhammadiyah."

Tulisan itu membuatnya terhenti sejenak. Dikisahkan tentang seorang web developer bernama Satria Nugraha, yang sudah malang melintang di dunia digital lebih dari satu dekade.

Sejak 2010, Satria bekerja di sejumlah perusahaan web terkemuka di Indonesia: mulai dari desain web, pengembangan aplikasi, hingga optimasi website.

Satria juga banyak membantu dakwah digital Muhammadiyah. Ia mengerjakan beberapa website resmi milik PWM Jatim. Meski seorang Kristen Protestan, ia tidak menemukan banyak hambatan dalam berkolaborasi dengan para pengurus maupun aktivis Muhammadiyah.

Di kalangan pegiat dakwah digital, ia mendapat julukan "Krismuha", singkatan dari Kristen Muhammadiyah.

Satria sama sekali tidak keberaan dengan julukan Krismuha, karena baginya perbedaan keyakinan tidak seharusnya menjadi tembok pemisah.

Agustinus lalu penasaran dengan PWMU.CO. Dia baru tahu bahwa website tersebut adalah media resmi milik PWM Jatim, yang diluncurkan pada tahun 2016.

"Saya dengar kontributornya ada ratusan, Pak. Apa betul mereka menulis almost everyday (hampir setiap hari)? Bagaimana bisa mengumpulkan sebanyak itu?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.

Keberadaan ratusan kontributor PWMU.CO memang tak lepas dari jaringan Muhammadiyah yang luas. Di setiap daerah, ada kader dan aktivis yang terbiasa menulis, berdakwah, dan berbagi cerita.

Mereka bukan sekadar penulis, melainkan bagian dari gerakan besar yang terbiasa bekerja bersama-sama.

Pertemuan siang itu membuat saya menyadari sesuatu: betapa dunia digital mampu mempertemukan dua orang dengan latar belakang yang sangat berbeda.

Saya seorang penulis di media dakwah, sementara Agustinus adalah pengusaha properti yang sibuk dengan proyek perumahan. Namun lewat sebuah artikel, jalan kami bersinggungan.

Agustinus mungkin awalnya hanya ingin tahu soal gaya menulis, soal angle yang ia anggap unik. Tetapi perbincangan kami merambat ke banyak hal. Soal komitmen membangun usaha, soal pentingnya komunitas, sampai bagaimana sebuah ide bisa memicu rasa penasaran dan masih banyak lagi

Di akhir pertemuan, kami sepakat untuk terus menjaga komunikasi. Siapa tahu, dari sebuah obrolan ringan di ruang lobi, bisa lahir kolaborasi-kolaborasi baru.

Kadang, hidup memang sederhana. Hanya lewat sebuah pesan WhatsApp, sebuah artikel yang kebetulan terbaca, lalu satu janji pertemuan, bisa membuka ruang-ruang cerita yang tak pernah kita duga sebelumnya. (agus wahyudi)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun