Sepanjang tahun 2020, dari sisi tindakan tercatat ada 422 pelanggaran, melonjak tajam dibanding tahun 2019 yang tercatat sebanyak 327 pelanggaran. Bahkan belakangan ini banyak muncul potensi intoleransi di tengah masyarakat mulai dari kasus yang murni karena persoalan agama (aqidah) hingga persoalan yang ditumpangi kepentingan politik.
Agama sering dijadikan alat untuk menggerakkan emosi umat. Sehingga membuat begitu mudah terjadi gesekan, kebencian dan permusuhan antarsesama warga negara. Media yang paling mudah dan cepat untuk menggerakkan emosi umat sekarang ini, salah satunya dengan media massa.
Fakta itu membuat Kemenag yang menjadi representasi pemerintah bekerja keras dan responsif terhadap ancaman ini. Tak salah bila sekarang Kemenag kian gencar melakukan berbagai upaya serius dalam rangka membangun kerukunan beragama secara baik di kalangan masyarakat secara luas.
Para pejabat, rektor, dosen, guru, tokoh agama, dan lainnya diajak menyuarakan kesadaran pentingnya moderasi beragama. Dengan perguruan tinggi sudah dilakukan berbagai riset.
Hasil riset dari berbagai perguruan tersebut kini sudah dipakai atensi acuan mengambil langkah-langkah konkret mencegah gerakan yang menganggu kerukunan umat beragama.
Berkaca hal itu, saya kembali berpikir tentang pentingnya memahami perkembangan media massa. Di mana pergerakan dan diseminasi sudah berubah. Karenanya butuh pemahaman cukup untuk menentukan target persebarannya. Â
UAS, VJ Daniel bisa jadi dua dari sekian banyak influencer yang layak mengkapanyekan moderasi beragama ini. Mereka punya power dan kesadaran akan arti penting beragama dengan penuh kesantunan. (*) Â Â