Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Menyendot Daging Kreco dari Cangkangnya

26 April 2021   16:37 Diperbarui: 26 April 2021   17:02 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto:dapuronlinequ.blogspot.com

Asal tahu saja, sejak kecil saya doyan kelayapan. Menjajal banyak hal baru. Bergaul dengan orang-orang yang usianya di atas saya. Yang gak banyak dilakukan anak-anak seusia saya saat itu.

Rumah saya di Darmokali, hanya beberapa meter dari Sungai Kalimas. Pecahan Sungai Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto. Salah satu sungai tertua sekaligus terbesar yang membelah Kota Surabaya.

Kelas tiga SD, saya sudah "diplonco" kakak sepermainan. Model plonconya gak tanggung-tanggung: menyerat saya ke tengah sungai, lalu dibiarkan berenang sendirian.   

Ceritanya kala itu, saya lagi asyik berenang di pinggir sungai. Kedalamannya sekitar 0,5 meter. Bareng anak-anak lain yang belum bisa berenang.

Tiba-tiba, dari belakang pinggang saya ditarik Gianto, kakak sepermainan. Ditarik ke tengah sungai. Yang jauh lebih dalam. Saya berteriak-teriak, menolak. Sambil menangis saya berontak. Gianto yang berada di samping saya hanya tertawa saja.  

Tubuh saya gak seimbang. Berkecenderungan tenggelam. Ketika melihat itu, Gianto mendorong tubuh saya ke permukaan.  Saya tak bisa menghitung berapa kali minum air sungai.

Saking kalutnya, tangan dan kaki saya bergerak. Seperti orang berenang. Gianto menyemangati dengan berteriak, "Terus..,terus... Mesti isok koen (pasti bisa kamu)."

Hingga akhirnya saya bisa berada di pinggir sungai. Ploncoan itu dilakukan berkali-kali. Saya akhirnya bisa berenang. Bisa dibilang belajar berenang secara otodidak.

Di kampung saya, ada semacam konsensus tak tertulis. Jika semua anak kampung "wajib" bisa berenang.

"Wong omahe Darmokali, cidek kali, kok gak isok ngelangi (Orang rumahnya Darmokali, dekat sungai, kok tidak bisa berenang," begitu gojlokan orang-orang di kampung saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun