Heri menjawab santai. Janji akan mengolahnya, lalu menjadikan sebagai barang seni yang bernilai dan bisa dijual.
"Barang seni opo? Ah, itu mustahal," cetus Nanik. mengutip ungkapan pelawak Srimulat Asmuni dengan celotehan "hil yang mustahal."
Heri bergeming. Dia bakal buktikan ucapannya. Heri kemudian membuka kembali daun-daun yang sudah disimpan lama. Daun-daun tersebut dipakai bahan katalog. Lalu dibuatkan detail datanya. Seperti lokasi asal mengambil daun, bahasa latinnya, dan masih lainnya.
Tahun 1999, Heri membuat kartu ucapan Idul Fitri, Natal, Valentine's Day. Bahannya dari daun dan rumput. Kala itu, belum ada SMS (short message service)Â atau WA. Tak dinyana, kreasi kartu ucapan tersebut laku dijual. Â
Heri lantas berkreasi lagi dengan membuat kotak tisu. Bahannya sama. Kotak tisu ini juga laris manis.
***
17 Agustus 1999. Momen spesial bagi Nanik Heri. Ketika itu, pada pemerintahan Presiden B.J Habibie, dia ditelepon pihak Istana. Pesan 1.000. untuk dibagikan sebagai cindera mata pada upacara bendera di Istana Merdeka, Jakarta. Pesanan itu harus siap di Jakarta pada 10 Agustus 1999.
Nanik dan suaminya hanya mampu memenuhi 500 buah kotak tisu. Saat itu, Bengkel Kriya Daun 9996 baru punya lima tenaga kerja. "Hasil karya kami tidak mengecewakan pihak istana."
 Pada tahun 2000, Heri ikut pameran di Belanda, Perancis, dan Jerman. Mereka berangkat bersama perajin perunggu, marmer, tenun gedog, dan aklirik.
"Dari situ saya nangis. Saya percaya omongan suami. Oalah.., wong edan budhal nang luar negeri ("orang gila" berangkat ke luar negeri, red)."
Pascapameran di luar negeri, pamor Kriya Daun 9996 makin moncer. Pesanan dari luar negeri mulai berdatangan. Sementara untuk pasar nasional, selain di Jawa, Nanik juga mengirim ke Sumatera Utara dan Nusa Tenggara.