***
Narsih Setyawan punya harapan besar bisa berbuat sepotong kebaikan. Begitu yang diucapkan saat bertemu saya, tahun 2015. Apa bentuknya? Dia ingin punya tempat belajar buat anak-anak kurang mampu. Lokasinya di Kampung Simo Jawar. Di kampung itu dulu dia pernah tinggal bersama keluarganya.
Kampung Simo Jawar terletak di kawasan Surabaya Barat. Kampung padat penduduk. Salah satu kawasan perkotaan dengan pertumbuhan yang cepat Lokasinya dihimpit rumah-rumah bertembok tinggi. Ada 99 keluarga bermukim di sana. Â Â
Kali pertama datang di Simo Jawar, Narsih mengaku prihatin. Ini setelah dia tahun banyak anak-anak kurang mampu yang tak melanjutkan sekolah. Celakanya lagi, orang tua mereka tidak peduli. Karena lebih senang anak-anaknya cari duit ketimbang cari ilmu.
Dari diskusi panjang dengan saya dan beberapa teman, lalu tercetus nama Rumah Bangkit. Tempat pembelajaran yang mendukung segala bentuk pendidikan, baik formal maupun non formal. Tagline-nya, "Mau Pintar Ya Belajar". Rumah Bangkit mengkampanyekan budaya belajar, membudayakan jam wajib belajar dan menciptakan virus belajar. Â Yang diajarkan materi pelajaran umum, mengaji, bahasa Inggris, menulis kreatif, menari, dan menggambar.
Peresmian Rumah Bangkit itu dihadiri Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 8 November 2015. Risma sangat mengapresiasi lahirnya ide kreatif dengan berdirinya Rumah Bangkit yang memfokuskan untuk memperbaiki pendidikan anak-anak di Surabaya.
Narsih membiayai seluruh kebutuhan operasional Rumah Bangkit. "Itu saya sisihkan dari pendapatan bisnis. Saya percaya niat baik akan mendapat hasil baik. Paling tidak sekarang, saya dipertemukan orang-orang baik. Orang-orang yang ikhlas membantu membesarkan sekolah (Rumah Bangkit, Red) ini," katanya.
Narsih senang, hingga sekarang, Rumah Bangkit masih beroperasi. Aktivitasnya pun makin bertambah. Volunternya juga makin banyak. Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan juga pernah berkunjung dan memuji kegiatan di Rumah Bangkit. Â
Entah kebetulan atau tidak, nama Rumah Bangkit seperti terinspirasi perjalanan hidup Narsih Setyawan. Yang bangkit menghapus trauma masa lalu. (agus wahyudi)