Tahun 2016, Suparti dibantu empat orang pegawai mampu memproduksi 100 kilogram kacang goreng per hari. Jutaan rupiah diraup dari berjualan kacang tersebut. Jelang bulan Ramadan dan Lebaran, produksinya Naik tajam: 500 kilogram per harinya.
Produk kacang goreng Suparti kala itu tersebar di 500 warung kopi di Surabaya. Tiap pagi, anak-anak Suparti mengirimnya. Mereka mengambil uangnya sekaligus mengganti barang yang retur tipa hari. Â
Khusus Kacang TreeG, Suparti biasa mengirim  ke resto-resto ternama di Kota Pahlawan. Kacang TreeG jadi ada di beberapa pusat oleh-oleh. Selain itu, Kacang TreeG juga dipesan oleh PT Garuda Indonesia.
Tak hanya, kacang Kacang TreeG juga masuk satu dari empat produk UKM Pahlawan Ekonomi yang dijual di dalam pesawat Citilink. Hingga Agustus 2019, Citilink sudah tiga kali repeat order. Tiap pengiriman sebanyak 400 pack. Â
Gurihnya bisnis kacang goreng membuat kehidupan Suparti makin sejahtera. Tahun 2017, Suparti bisa meraup omzet Rp 30 juta sebulan. Pendapatan itu naik dua kali lipat pada saat mendekati Lebaran. Kacang TreeG juga menjadi salah satu item yang dipakai pemesan untuk mengirim parcel dan hadiah.
Ketika order makin meningkat, Suparti berupaya memperbesar kapasitas produksi. Dia membeli mesin. Harganya Rp 17 juta. Ketika dioperasionalkan, kapasitas kacang gorengnya bisa dilipatgandakan. Waktunya juga lebih pendek.
Kesuksesan Suparti terdengar mantan majikannya di Malaysia, Nur Soraya. Lewat teknologi skype yang dibantu anaknya, Suparti kerap berkomunikasi dengan Nur Soraya.
Nur Soraya sempat mengucapkan selamat kepada Suparti karena sekarang telah jadi pengusaha. Nur tahu Suparti jualan kacang goreng.Â
"Lha saya tanya, dari mana  kok ibu tahu? Beliau ngaku membaca berita di Facebook. Kebetulan anak saya berteman dengannya. Pokoknya beliau  senang dengan keadaan saya sekarang," tutur Suparti, lalu tersenyum. (agus wahyudi)