Mohon tunggu...
Agus Wahyudi
Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Dosen - Agus W

berkembang untuk menemukan sesuatu yang baru dan cobalah untuk melakukan yang baru maka kamu akan mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demonstrasi jangan anarki

29 Desember 2011   03:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi merupakan sebuah cara penyampaian aspirasi para dari rakyat untuk rakyat, harapannya aspirasinya dapat segera terjawab sesuai dengan apa yang disampaikan dalam demo tersebut. namun sayangnya demonstrasi kadang meresahkan banyak pengguna jalan(dapat dilihat berita yang telah dilakukan para pendemo/mahasiswa di Solo/Surakarta) atau bahkan berbuat anarki ditengah jalan. Sehingga tidak selamanya demo itu mengasikkan bagi rakyat secara umum namun hanya sebagian orang yang ingin populer aja.

Pengertian — Unjuk rasa atau demonstrasi (“demo”) adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya. (Wikipedia)

de·mon·stra·si /démonstrasi/ n 1 pernyataan protes yg dikemukakan secara massal; unjuk rasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

de•mon•stra•tion / noun (also informal demo especially in BrE) [C] ~ (against sb/sth) a public meeting or march at which people show that they are protesting against or supporting sb/sth: to take part in / go on a demonstration to hold / stage a demonstration mass demonstrations in support of the exiled leader anti-government demonstrations a peaceful / violent demonstration (Oxford Dictionary)

Unjuk Rasa Edukatifkah? — Memang unjuk rasa sebagai cara menyampaikan pendapat adalah hal yang biasa dalam negara yang menganut demokrasi. Namun, etika tetap harus dijaga. Pengunjuk rasa harus berangkat dari niat baik demi kemajuan bangsa dan negara, karena bagaimanapun juga unjuk rasa merupakan elemen dari demokrasi guna mengemukakan pendapat, bukan memaksakan kehendak. Unjuk rasa harus menjunjung etika dan tidak boleh melakukan kekerasan. Unjuk rasa, apalagi dengan jumlah massa yang besar, tak harus menimbulkan ketakutan dalam diri warga lainnya. (inilah.com) Tetapi siapa yang berani menjamin keadaan bisa terkendali seperti itu? Sebab pada kenyataannya yang terjadi lebih sering sebaliknya.

Adu argumentasi sering dilakukan dengan para petugas agar dapat melakukan dialog dengan para pihak yang akan dituju (bertemu wakil rakyat yang duduk manis), namun seringnya jadi adu otot dengan para petugas. dapat kita cermati bahwa Demonstrasi di Indonesiasepertinya tak pernah lepas dengan kerusuhan. Hampir di setiap unjuk rasa, antara demonstran dan pihak keamanan saling unjuk otot. Makanya tak heran kalau setiap unjuk rasa selalu berakhir denganantem-anteman(lempar-lemparan).

Seperti yang diberitakan oleh televisi sore tadi, demonstran yang beridentitasmahasiswabentrok lagi dengan pak polisi. Para demonstran melempari pak polisi dengan batu yang lumayan gede. Kalau mengenai kepala dijamin benjol tuh. Terlepas dari apa pemicu terjadinya bentrokan ini, yang jelas aksi lempar-melempar batu itu juga mengenai pengendara motor yang tidak tahu apa-apa yang kebetulan melintas di jalan sekitar bentrokan.

Memang, negara kita adalah negarademokrasi, dimana setiap warga negara bebas untuk menyampaikan aspirasinya. Demonstrasi atau unjuk rasa adalah salah satu cara untuk menyampaikan uneg-uneg masyarakat kepada para pimpinan atau pemerintah jika ada kebijakan yang dirasa kurang tepat. Namun kebebasan tersebut bukan berarti bebas juga untuk memamerkan otot tanparingataujuri. Aksi kekerasan dan perusakan tanpa arah bukanlah bagian dariruledalam berdemonstrasi.

Salah satu pemicu dari bentrokan biasanya terjadi karena tidak digubrisnya para demonstran. Pihak yang didemo yang acuh tak segera memberi respon, walaupun volumecorongsudah 100%, membuat pengunjuk rasa tak sabar untuk mendekatkan corong langsung ke depan pihak yang di demo. Agar pihak yang didemo bisa mendengar dengan jelas aspirasi mereka. Tapi aksi nekat itu biasanya justru menjadi seluk beluk pertempuran sengit antara keamanan dan pengunjuk rasa. Nah, emosi yang tak terkontrol, gejolak jiwa membara, tak jarang berlanjut ke adu otot. jika beradu otot mungkin banyak yang faham, namun masalahnya jika sebagian dari para pengunjuk rasa kurang faham degan apa yang di-demo-kan itu, wah kacau pula orang-orang ini, mereka hanya ikut-ikutan dengan apa yang seketika dengan apa yang diucapkan oleh profokator untuk meng'kompor'i massa untuk dapat ikut-ikutan berdemo dan apa yang dilakukan saat berdemo,hehe,,kok bisa-bisanya,

Akhir-akhir ini banyak demonstrasi digiatkan lagi oleh beberapa kelompok masyarakat, seperti kelompok mahasiswa, buruh, petani, dan sebagainya. Stimulus yang membuat mereka melakukan demonstrasi ada kesamaan, yaitu ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini. Salah satu Pendukung kegiatan demonstrasi sperti ini adalah Amin Rais. Beliau mengatakan bahwa termasuk unsur penegak demokrasi adalah adanya demonstrasi, yaitu dengan kebebasan berbicara dan mengkritik pemerintahan.

Permasalahan yang timbul sekarang adalah kecendrungan berbuat anarki demonstran sebagaimana yang termaktub di atas dan juga di beberapa media diberitakan bahwa sering terjadi tindakan anarki oleh demonstran. Namun, jarang media yang mencoba mengungkapkan apa yang menjadi penyebab sehingga terjadi seperti itu. Sungguh kalau ingin dikaji secara sosiologis, maka akar utama penyebab terjadinya tindakan anarki demonstran adalah ulah pemerintah sendiri. Alasannya adalah kebanyakan pemerintah tidak berani membuka dialog dan setidaknya mendengarkan aspirasi yang ingin disampaikan oleh para demonstran, paling tidak pemerintah harus lebih gesit dalam mengetahui data-data yang akan menjadi bahan dalam penyampaian demo dan kebijakan pemerintah lokal/setempat untuk segera menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan, sehingga sangatlah penting untuk melakukan dialog antara pemikir daripada tema yang telah menjadi permasalahan. Lihat saja di berita-berita di televisi nasional, kebanyakan tindakan anarki demonstran terjadi di depan pintu gerbang wakil rakyat yang terhormat itu atau DPR.

Solusi atas masalahini sebenarnya sangatlah mudah, yaitu pertama, perlu kesiapan pemerintah secara sungguh-sungguh untuk membuka dialog dan mendengar aspirasi para demonstran, kedua, adalah disamping perlunya kesiapan dari pemerintah tersebut, diperlukan juga manejemen aksi yang baik oleh para korlap (koordinator lapangan) demonstrasi, sehingga mereka tidak mudah diprovokasi. Dengan adanya dua solusi yang telah disebutkan diatas, ke depannya demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan tidak lagi anarki.


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun