Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelompok Gagal Move On vs Kelompok Pendukung Jokowi, Masihkah Relevan?

5 Desember 2015   09:29 Diperbarui: 5 Desember 2015   11:06 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang2 dari kelompok Gagal Move On sering menggangap pendukung Jokowi itu sama dengan mereka yg mendukung Prabowo (yg mendukung krn cinta mati, krn disuruh oleh pimpinannya, krn digerakkan, krn merasa berdakwah krn didukung oleh partai berbasis agama, krn dibayar (sebagian), krn membenci Jokowi (sebagian tidak sadar dan terhasut), krn mereka tidak bisa membedakan antara Jokowi dan PDIP atau Megawati. Mereka SALAH BESAR.

Pendukung Jokowi sangat beragam, datang dari semua suku, ras dan agama. Mereka bergerak spontan, tidak digerakkan apalagi disuruh dan dikomando. Itulah sebabnya issue yg diangkat juga sering tidak sama walau searah.

Pendukung Jokowi itu tidak sama dengan pendukung PDIP atau Megawati, atau PKB atau Nasdem dan Hanura, walau dalam beberapa hal kepentingan mereka sama. Dalam banyak hal lain kepentingan mereka bisa sangat berbeda. Contohnya dalam kasus Budi Gunawan calon Kapolri dulu.Dan, dalam beberapa hal, dari waktu ke waktu, saya yakin akan terdapat beberapa perbedaan kepentingan rakyat dengan kepentingan partai2 pendukung pemerintahan itu. Disini salah satu perbedaan kontras pendukung Jokowi dengan pasulan Gagal Move On. Pendukung Jokowi dapat membedakan kepentingan rakyat dan kepentingan Partai atau sekelompok orang. Itulah pula sebabnya para pendukung Jokowi misalnya serempak tanpa komando akan mendukung KPK saat lembaga itu ditekan oleh berbagai kepentingan sementara kelompok Gagal Move On cenderung menyerang dan senang jika KPK dilemahkan. Kelompok Gagal Move On cenderung membela Setya Novanto dan Fadli Zon dalam kasus Donald Trump yg menunjukkan mereka menelan ludahnya sendiri yg anti asing sekaligus merendahkan institusi negara (lembaga DPR) dan tak mengenal etika. Ketika kasus Papa Minta saham terluak, kelompok Gagal Move On cenderung mengalihkan issu dan gagal melihat masalah utama yg sangat besar dan terang benderang tentang pelanggaran etika dan hukum yg dilakukan oleh lagi2 Setya Novanto yang serta merta dan serempak didukung oleh Fadli Zon, Fahri Hamzah, Golkar versi Abu Rizal Bakrie dan Gerindra dan PPP versi Suryadarma Ali. Sementara PKS selaku istitusi mulai memperlihatkan sedikit perubahan yang lebih rasional dan objektif (walau kita belum tau dimana ujungnya nanti).

Saya kok kadang kasian dengan Kelompok Gagal Move On ini karena mereka sudah sedemikian dalam terhasut dengan penyakit kebencian (yg bahkan mereka tidak sadari). Padahal sebagian dari mereka itu saya tau persis adalah orang2 yg relegius, bermoral tinggi, beretika dan berpendidikan tinggi. Politik sering kali punya banyak kepentingan yg justru tidak sama dengan dakwah dan ajaran agama. Mana ada sih agama yg mengajarkan kebencian dan tidak memberi penghormatan pada sesama (orang lain) ?

Saya sangat berharap dari waktu ke waktu akan ada perubahan dengan hadirnya keterbukaan mata, hati dan pikiran pada mereka untuk dapat melihat berbagai masalah bangsa ini secara lebih objektif dan luas. Saya tidak memintanya untuk lantas harus mendukung Jokowi misalnya. Namun setidaknya bisa lebih objektif menilai apa2 yg sudah dan belum dilakukan pemerintahan Jokowi. Bagaimana pelaksanaan dan implementasi program2 yang baik itu dilapangan ? Ada banyak hal juga yg tetap harus diwaspadasi dan diawasi dalam setiap pemerintahan, termasuk orang2 dalam pemerintahan Jokowi juga. Itulah sebabnya kenapa kita juga butuh KPK yg kuat; kita butuh DPR yg kuat (bukan yg cuma mementingkan kepentinganmya sendiri seperti sekarang); kita butuh Kepolisian dan kejaksaan yang kuat; kita butuh rakyat yg cerdas yg juga dapat mengawasi secara langsung disaat institusi2 kenegaraan dan para penyelenggara negara itu agar dapat berfungsi dgn efektif dan tidak ada upaya2 penyimpangan untuk berbagai kepentingan lain.

Ayolah sahahat2ku yg cinta negeri ini dan menginginkan Indonesia yg lebih baik untuk kita semua dan anak cucu kita kelak, yg menginginkan Indonesia yg maju dan disegani dunia, mari kita bersatu, gantikan kebencian dengan objektivitas (tak harus juga suka atau mendukung apalagi mencintai); bersama kita menjadi kekuatan sosial yang cerdas dan kuat mendorong kearah Indonesia yg lebih baik untuk semua (bukan hanya segolongan, apalagi berdasarkan sara) rakyat Indonesia.

Salam Indonesia Raya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun