Mohon tunggu...
Agustinus Triana
Agustinus Triana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Lampung

Menulis agar ada jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minto Buras dan Secuil Kisah Rekonsiliasi

7 Agustus 2019   00:31 Diperbarui: 7 Agustus 2019   00:58 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didorong rasa penasaran, Minto Buras memaksakan diri untuk menonton berita malam selepas anak-anak dan istrinya pergi tidur. Semakin rajin saja ia menonton berita, berharap kata rekonsiliasi berarti baik juga baginya.

Dua minggu lebih Minto Buras rajin menonton berita. Rupanya kata rekonsiliasi ini banyak artinya. Antara pakar yang satu dengan pakar yang lain bisa berbeda-beda maksudnya. Antara tokoh politik  yang satu dengan tokoh politik yang lain berbeda-beda komentarnya. Tergantung pada pandangan politiknya, tergantung pada buku bacaannya, dan tergantung pada siapa yang menyuapinya.

Minto Buras tidak bisa menangkap apa maksud rekonsiliasi yang dijelaskan para pakar politik di televisi. Minto Buras mengira-ngira saja maksud rekonsiliasi itu, kira-kira artinya bakal banyak program untuk mengangkat derajat hidupnya.

Lama-lama menonton berita soal rekonsiliasi, muncul rasa khawatir dalam diri Minto Buras. Hanya secuil berita soal program perbaikan nasib rakyat dari kubu pemenang disampaikan dalam berita. Minto Buras menjadi kecut hatinya, lama-lama arti rekonsiliasi terasa asing baginya. Ia menjadi takut, takut kalau arti rekonsiliasi bukan jalan untuk perbaikan nasibnya.

Minto Buras juga mendengar kalau rekonsiliasi itu perlu ada akad. Kata para pakar, akadnya adalah saling berbagi antara dua kubu. Berbagi jatah kue kekuasaan. Saling membagi kue kursi menteri dan kursi kuasa di parlemen. Kata para pakar politik dan tata negara, bahwa sebaiknya si A sebagai pemenang  memberikan jatah kursi menteri ke kubu si B. Begitu juga kursi  di parlemen, perlu dibagi antara dua kubu. Nanti semuanya bisa saling bekerja sama baik di eksekutif maupun di legislatif. Akad rekonsilisi yang seperti itu wajar saja, karena politik itu dinamis. Begitu kata pakar yang ia dengar.

Dari berita di televisi, Minto Buras juga jadi tahu, ada syarat lain yang diajukan oleh pendukung si B. Para pendukung si B ini ngotot-ngotot mengajukan syarat rekonsiliasi, yaitu penghapusan status hukum para pendukung si B yang jumlahnya ada ratusan orang.


Apakah masih ada syarat lain lagi yang diajukan dari kubu si B, Minto Buras tidak tahu. Mungkin masih ada 5, 10, atau 20 syarat lagi untuk bisa rekonsiliasi.

Dari kubu pendukung si A juga tidak kalah ngototnya. Ngotot menolak syarat-syarat itu. Katanya rekonsiliasi tidak bisa dicampur-campur dengan masalah hukum.

Omongan beradu omongan, alasan beradu alasan, bukti beradu bukti, dan retorika beradu retorika.

Otak Minto Buras semakin pusing mencerna berita politik. Baginya kelakuan para elit politik ini terasa sama saja dengan tetangganya yang masih getol mencak-mencak kalau sedang mengobrol. Kadang-kadang memakai dalil yang dipaksakan. Para politisi bicaranya pakai retorika yang sulit ditangkap maksud pastinya. Soal retorika ini bak kata-kata bersayap, yang tidak bisa ditangkap langsung artinya. Kalau ada sanggahan, bisa ngeles semaunya.

Terakhir, Minto Buras mendengar kalau proses rekonsiliasi sudah dimulai oleh dua tokoh negara. Tetapi kata rekonsiliasi ini sudah terlanjur jadi kata tidak enak di telinga Minto Buras. Rasa penasarannya dengan kata ini sudah hilang. Minto Buras sudah memastikan sendiri, maksud rekonsiliasi bukan untuk orang kecil seperti keluarganya. Sekarang untuk mempertahankan kehidupan keluarganya  cuma ada pada satu orang saja, yaitu Pakde Gino. Semoga tenaganya masih dipakai Pakde Gino, orang yang beda pilihan politik dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun