Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pipiet Senja: Memoar Sastrawati Thalasemia yang Berkarya Hingga Usia Senja

1 Oktober 2025   18:08 Diperbarui: 1 Oktober 2025   18:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ucapan duka cita di akun instagram Forum Lingkar Pena

Nyantri dan Menyebarkan Virus Menulis hingga Keluar Negeri

Setelah melewati itu semua, Pipiet memilih nyantri di pesantren daerah Cililin, Bandung. Sejak itulah, ia mulai belajar agama, merasakan shalat Tahajud, dan sering menulis. Di saat itu pula ia menyadari untuk apa marah dengan keadaan yang sudah Allah takdirkan.

Ia kemudian menyadari bahwa sakitnya justeru adalah sebuah anugerah. Karena ia bisa memetik banyak hikmah dari segala penyakit dan keterbatasan yang diberikan Allah kepadanya.

Sejak tahun 2010, Pipiet telah memulai satu program yang dinamakannya Gerakan Santri Menulis. Setiap bulan, wanita paruh baya ini paling tidak sebanyak tiga kali ke luar kota untuk menyebarkan "virus" menulis ke pesantren-pesantren di Riau, Madura, dan beberapa daerah lainnya.

Alasan yang dikemukakan Pipiet karena para kiai dan santri mempunyai kapasitas untuk mendakwahkan agama Islam dengan gaya sastra. Dan setelah mereka dilatih ternyata mereka punya potensi. Hal itu dibuktikan dengan karya-karya sastra yang dihasilkan setelah pelatihan.

Selain santri, jauh sebelumnya Pipiet banyak berinteraksi dengan para tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri, seperti di Hongkong, Malaysia, Thailand, hingga Arab Saudi. Kepada para buruh migran ini, Pipiet melatih mereka menulis sastra Islami. Karena dekatnya dengan para TKW, ia mendapat predikat "Emaknya para TKW". Di antara hasil kerja kerasnya, telah ada di antara mereka yang sudah menghasilkan karya sastra dan Pipiet sendiri yang menyuntingnya. Salah satunya kumpulan tulisan dari TKI di Malaysia yang diberi judul Seronok Negeri Jiran.

Yang menarik, ia melakukan pembinaan itu atas inisiatifnya sendiri. Terkadang ia harus meminta tolong kenalannya untuk membeli tiket ke suatu daerah. Pada tahun 2010, ia berangkat ke Hongkong untuk menyebar "virus" menulis untuk TKW dengan sponsor dari Dompet Dhuafa Hongkong.

Hal inspiratif lainnya dari Pipiet adalah melalui TKW yang dikunjunginya di berbagai negara, ia mencari tahu tentang keberadaan anak-anak mereka di Indonesia. Informasi dari para TKW itulah yang menjadi awal ia memasuki dunia pesantren. Awalnya hanya menjenguk lalu kemudian mengajar menulis. Apalagi misalnya di Yogyakarta ada pesantren yang bangunannya disumbang oleh para TKW. Di situ juga ia bergabung dengan Ustadz Fauzil Adhim untuk melatih menulis di kalangan santri.

Mengkampanyekan Sastra Islami

"Kita sangat memerlukan karya-karya sastra islami hadir di toko-toko buku. Ironinya, kini justru banyak karya kalangan liberal yang memenuhi rak toko buku," tegas Pipiet yang seakan mewakili alasannya mengkampanyekan menulis sastra islami.

Latar belakang Pipiet membuat Program Gerakan Santri Menulis memang berawal dari rasa geramnya terhadap maraknya karya-karya orang liberal, neo komunis, dan feminis di toko-toko buku besar. Hingga ia berkesimpulan semestinya para santri dan kiai harus menjawab ini. Menurutnya, secara ilmu mereka lebih mumpuni maka harus mulai menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun