Sejarah mencatat bahwa jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 M menjadi awal penjelajahan Eropa ke dunia Timur, sehingga mengubah sejarah banyak bangsa bahkan dunia. Selain semangat dan keberanian pasukan Turki Utsmani (Ottoman) serta kejeniusan Sultan Mehmed (Muhammad II), senjata tentu ikut menjadi faktor utama jatuhnya Konstantinopel yang dibangun sejak tahun 330 M oleh Constantine I.
Senjata yang paling fenomenal dinamakan Meriam Dardanella, nama lainnya adalah Meriam Basilika. Namun jika merujuk pada buku Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, meriam ini disebut juga Meriam Sultan Muhammad. Meriam sepanjang 8 meter dan berat hingga 16,8 ton serta berdiameter 750 mm ini mampu melontarkan peluru bola batu berdiameter 63 cm dengan jarak tembak hingga 2 km. Bisa dibayangkan efek merusak meriam ini jika ditembakkan dari jarak yang lebih dekat. Inilah yang terjadi dengan tembok kota Konstantinopel.
Meski demikian, ada kisah menarik di balik pembuatan salah satu meriam terbesar dalam sejarah perang ini. Meriam ini sesungguhnya tidak dibuat oleh ahli senjata Turki Ottoman, melainkan ahli meriam dari Hungaria bernama Orban. Ternyata ada kisah menarik hingga ia bersedia membantu Sultan Mehmed padahal awalnya ia sempat ditawari oleh Kaisar Constantine XI untuk memperkuat kota dari ancaman ekspansi Ottoman. Bagaimana kisahnya?
Orban Meninggalkan Konstantinopel karena Kecewa atau Dendam?
Awalnya Orban sempat bekerja kepada Constantine XI, tetapi keadaan ekonomi kekaisaran Byzantium menyebabkan pembayaran gaji Orban tersendat. Hal ini misalnya dituliskan oleh Roger Crowley dalam bukunya 1453, Detik-detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Crowley menulis bahwa Orban yang berasal dari Hungaria merupakan prajurit upahan bagian teknik yang menjajakan jasa di sepanjang Balkan. Namun Kaisar yang sedang bangkrut itu hanya punya sedikit sumber keuangan, hingga ia menetapkan gaji yang kecil untuk menahan Orban di kota, bahkan ini pun dibayar secara tidak teratur. Akibatnya ahli senjata ini lama kelamaan semakin miskin, hingga pada suatu hari di tahun 1452 ia meninggalkan Konstantinopel menuju Edirne.
Kisah yang sedikit berbeda terkait penyebab keberpihakan Orban dan putrinya ditemukan dalam film Fetih 1453. Hal ini terkait dengan putri angkat Orban yang memiliki dendam terhadap Constantine XI. Dikisahkan bahwa saat ia masih merupakan gadis kecil, keluarganya dibantai oleh tentara Salib yang menguasai daerahnya. Ia lalu dijual sebagai budak dan dibeli oleh Orban, seorang ahli senjata di Konstantinopel. Saat menyaksikan Sultan Mehmed mempersiapkan penyerangan dengan mulai membangun benteng, ia lalu meminta kesediaan Orban membuat meriam untuk memperkuat Konstantinopel. Tetapi Orban dan putrinya lebih memilih bergabung dengan Turki dan membantu Sultan Mehmed.
Sementara itu Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menuliskan bahwa kedatangan Orban ke Edirne karena diundang oleh Sultan. Itulah sebabnya saat ia tiba, Sultan menyambutnya dengan hangat dan menyiapkan semua fasilitas yang disiapkan, baik kebutuhan materi maupun pekerja.
Pembicaraan Pribadi Sultan Mehmed dengan Orban
Pembicaraan pribadi Orban dengan Sultan Mehmed ditulis dengan sangat rinci oleh penulis sejarah Yunani, Doukas sebagaimana dikutip dari Roger Crowley. Dituliskan bahwa setelah memberinya makanan dan pakaian, Mehmet (Sultan Mehmed) bertanya apakah dia sanggup membuat sebuah meriam yang dapat melontarkan peluru batu yang cukup besar sehingga mampu menghancurkan tembok kota. Mehmet mengisyaratkan dengan tangannya ukuran batu yang ada dalam pikirannya. Jawaban Orban sungguh empatik:
"Jika Yang Mulia berkenan, hamba dapat membuat sebuah meriam perunggu dengan kemampuan melontarkan batu sebesar yang Anda mau tadi. Saya telah menelaah tembok kota secara rinci. Jangankan tembok kota ini, tembok kota Babilonia pun dapat diporak-porandakan jadi debu oleh batu-batu dari meriam buatan Saya. Pekerjaan membuat meriam itu dapat Saya lakukan sepenuhnya, namun," tambahnya untuk memberi catatan pada jaminan yang dia berikan, "Saya tidak tahu bagaimana meletuskannya dan Saya tidak bisa menjamin dapat melakukan ini."
Sultan Mehmed lalu memerintahkan Orban membuat meriam yang dimaksud dan menyatakan dia akan berusaha menemukan cara meletuskannya setelah itu.