Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Raket

Arogansi Sebuah Impotensi

10 September 2019   17:27 Diperbarui: 10 September 2019   17:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Kalau tidak mampu menyiapkan atau mencari solusi, tidaklah perlu meninggikan arogansi dan berlindung di balik regulasi. Regulasi kalian dari andilnya donasi; donasi asing yang kedodoran dalam kompetisi. Donasi asing hanya mahir dalam hal kompensasi yang membuat sensasi tersendiri dalam sanubari basi.

Sekian puluh tahun mereka lahir dan menorehkan banyak prestasi dan regenerasi. Sekian puluh tahun mereka berfungsi bagi kejayaan negeri di sepucuk puncak yang bergengsi. Pembinaan yang berisi dan bergizi tanpa perlu dikonjungsi dengan aneka sangsi.

Kalian baru lahir kemarin sore tetapi sudah berarogansi dengan sanksi nol toleransi. Kalian mirip anak manja yang penuh fantasi dan sensasi tetapi segala sesuatunya itu wajib direalisasi. Semua bermuara demi ambisi kalian sendiri dengan argumentasi yang memanipulasi esensi dan substansi.

Arogansi, ambisi, argumentasi, regulasi, dan entah apalagi yang merupakan kontaminasi suatu urgensi dolarisasi. Kalian tidak peduli tentang upaya sekian puluh tahun yang senantiasa berkontribusi bagi bangsa dan sebuah profesi. Kalian menjustisfikasi dengan eksploitasi, padahal mereka mengeksplorasi potensi. Sungguh suatu sikap tidak terpuji dan tidak patut diapresiasi.

Sekarang ulah kalian terhadap audisi telah beresosansi di seluruh frekuensi. Meski posisi sudah pasti dengan legalisasi dan formalisasi, persoalan regenerasi sebuah prestasi tidaklah cukup dikonfrontasi dengan regulasi. Kalian tidak memiliki solusi, bahkan sebenarnya impotensi.

*******
Kupang, 10 September 2019          

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun