Tidak berbeda dengan istilah "fee", "komitmen", "balas budi", "balas jasa", dan sejenisnya, 'kan?
Bagi saya, hal semacam itu merupakan bagian dari kolusi (gratifikasi alias korupsi). Tentu saja saya menolak, bahkan dengan apa adanya saya mengucapkan "terima kasih" karena tim mandor sudah bekerja dengan baik sehingga saya dipercaya oleh "bos" untuk terus bekerja sampai projek selesai dalam bentuk "terima kunci". Â
Lagi, bagi saya, ketika saya dipercaya oleh "bos", janganlah saya justru "memperdaya" untuk "memperkaya" diri melalui "upeti" dari mandor atau kepala tukang. Meski bukan orang kaya, saya bersyukur atas kepercayaan "bos" pada saya sehingga saya bisa terus bekerja.
Dan, Â setiap bertemu dengan calon mandor atau kepala tukang baru secara empat mata, saya selalu mengingatkan bahwa si mandor atau kepala tukang jangan pernah memberi "upeti" kepada saya. "Saya bukan peminum keringat dan darah pekerja," kata saya.
Makelar Tenaga Kerja
Kalau saya boleh keliru, istilah "makelar kasus" (Markus) pernah bising pada sekitar 2008-2009. Ada pula "makelar projek", "makelar tenaga kerja", dan makelar-makelar lainnya, di samping makelar barang.
Makelar, calo, tukang catut, dan sejenisnya merupakan hal yang biasa terjadi dalam sebagian realitas dunia kerja. Istilah "orang dalam" sering menjelma sebagai "makelar" bagi keberadaan seorang mandor dalam sebuah projek.
Upeti pun merupakan bagian vital dalam "transaksi" atau "negosiasi" jasa atau tenaga kerja. "Orang dalam" akan mengajak dan menerima apabila si calon tenaga kerja (mandor atau kepala tukang) bersedia menyetorkan sejumlah uang pada waktu-waktu tertentu, khususnya ketika hari gajian, semisal Sabtu.
Saya merupakan "orang dalam" di sebuah perusahaan atau "projek". Posisi saya sudah jelas sebagai "siapa" dalam struktur organisasi perusahaan atau suatu projek. Manajer Projek (Project Manager/PM), Manajer Lokasi (Site Manager/SM), ataupun Pelaksana Lapangan (Supervisor).
Akan tetapi, saya bukanlah seorang makelar tenaga kerja dalam suatu projek. Setiap akan diadakan sebuah negosiasi harga jasa, saya selalu mengajak "bos" untuk terlibat. Kalau "bos" berhalangan, saya akan menyampaikan hasil negosiasi berikut dengan nomor ponsel calon mandor atau tukang.
Saya selalu berharap, semoga semuanya mendapatkan hasil, baik dalam wujud fisik berupa bangunan maupun upah mingguan yang sepadan dengan kemampuan masing-masing.Â
*******
Kupang, 27 Juli 2019