Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mencungkil Tabungan Tulisan Pilihan

24 Oktober 2018   03:37 Diperbarui: 24 Oktober 2018   16:07 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering mencungkil tabungan karya, baik tulisan maupun gambar, lalu saya bukukan sendiri. Buku-buku saya berupa kumpulan cerpen, puisi, esai/opini, gombal, dan kartun. Semuanya sudah saya depositkan ke Perpustakaan Nasional RI.

Tabungan karya dalam pengertian saya adalah tempat untuk menabung karya yang telah mendapat "persetujuan" pihak pengelola tempat itu sendiri. Misalnya cerpen, puisi , esai/opini, kartun, dll. yang pernah dimuat media massa.

Tentu saja hal yang biasa jika suatu waktu isi "tabungan" itu ditarik oleh penabungnya sendiri untuk suatu "kepentingan" (keperluan; kebutuhan). Paling sederhanya, ya, berupa kliping karya sendiri.

Buku terpilih sebagai upaya "terakhir", bagi saya, memang tidak terhindarkan di era cetak bersistem "cetak sesuai dengan permintaan" (Print out On Demand/POD) ini. Mau 1 eksemplar, bisa. Mau 20 eksemplar juga bisa. Asalkan memiliki kemampuan membuat buku paling sederhana dan dana, bereslah.  

Terkait dengan Kompasiana, buku kumpulan artikel utama "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" sudah terbit dalam rangka "perayaan" 5 tahun berkarya di Kompasiana. 30 eksemplar saja karena keterbatasan dana yang harus berbagi dengan buku kumpulan cerpen "Seseorang Mencuri Mata Saya", dan kumpulan puisi "Waktu Terhenti di Kursi Rotan".

dok. pribadi
dok. pribadi
Mengenai buku kumpulan artikel utama berisi 25 artikel itu, sudah saya singgung jauh bulan melalui artikel "Membukukan Artikel Utama" (17/2/2018). Kalau kemudian Oktober baru bisa terealisasi, ya, disebabkan oleh profesi saya sebagi arsitek, dan hal-hal lain yang lebih mendesak, termasuk penambahan isi untuk buku.

Untuk menyusun, menyunting, membuat ilustrasi dan sampul, mengurus ISBN (International Book Serial Number) hingga siap naik cetak, saya harus mengerjakannya sendiri. Benar-benar sendiri. Sebut saja dengan istilah "buku selfie", kecuali pencetakannya.

Totalitas dalam berkarya, begitulah, sesuai dengan artikel saya, "Totalitas dalam Berkarya" (25/2). Dengan melakukan sesuatu secara total serta terabadikan dalam sebuah buku, begitu jugalah ucapan syukur saya kepada Tuhan, orang tua, istri, keluarga besar, guru-dosen dan almamater (sekolah), dan Kompasiana.

Kompasiana, bagi saya, merupakan tempat yang tepat untuk memajang karya (tulisan) asli (original) saya sekaligus pemilihan (penyeleksian) secara obyektif sejak 2013. Obyektif, maksud saya, bukan faktor suka-tidak suka diri saya sendiri (subyektif).

Siapa pun memiliki pemikiran yang murni (original) dari dirinya sendiri. Pemikiran bisa berasal dari suatu peristiwa, atau bisa juga dari perulangan peristiwa. Pemikiran itu bisa berupa lisan, tulisan, dan karya lainnya, seperti gambar, film, musik, dan lain-lain.

Saya memiliki pemikiran original, yang bukan karena "pesanan" siapa atau lembaga apa. Lantas, originalitas tertulis itu dalam perspektif pihak lain, dalam hal ini adalah Kompasiana, tentu saja, penting untuk saya tandai sebagai suatu pencapaian.

Misalnya saja saya berpikir tentang arsitek-arsitektur, tata kelola lingkungan, sosial-budaya, politik, media, bahasa, kartun, bahasa dan lain-lain, salah satu parameter "pencapaian" berada di redaksional pihak lain. Saya tidak patut mengklaim sepihak, 'kan?  

Kompasiana yang juga media pelopor jurnalisme warga (citizen journalism) ini, bagi saya, merupakan tempat untuk menabung tulisan, khususnya berkategori "Pilihan" (Highlight) dan "Artikel Utama" (Headline). Sebagai tempat menabung tulisan, tentu saja, biasa jika suatu waktu saya "menarik" isi tabungan itu untuk suatu "kepentingan" (kebutuhan), 'kan?

Saya pun sudah mencungkil tabungan tulisan lagi, yaitu artikel-artikel berkategori "Pilihan", selain fiksi. Sebagian sudah saya simpan dalam kamar data (folder) sesuai dengan topiknya. Salah satunya, "Arsitek yang Menulis" (4/3/2017) yang berasal dari judul artikel yang sama.

Rencana saya, 2019 buku Arsitek yang Menulis bisa terbit. Dalam buku yang hanya 30 eksemplar ini nanti berisi 30-an artikel saya dari kategori "Pilihan".

Yang membuat semangat saya terpacu untuk membukukannya adalah terpilihnya Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 pada 24 Juli 2018. Berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum dengan nama "Rindu", Emil meraih 7.226.254 suara (32,88 persen), disusul pasangan Sudrajat - Ahmad Syaikhu atau Asyik 6.317.465 suara (28,74 persen), pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 5.663.198 suara (25,77 persen), dan pasangan Hasanudin-Anton Charliyan atau Hasanah 2.773.078 suara (12,62 persen).

Sebelum maju dengan pasangannya secara resmi pada Sabtu tengah malam, 6 Januari 2018, melalui usungan Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura, satu hari sebelumnya (Jumat, 5/1) saya sempat kepedean memajang artikel "Arsitek Menjadi Kepala Daerah" di Kompasiana.  Antara kepedean dan "kebablasan" bernaluri dengan sesama arsitek, mungkin, masih "tetangga sebelah guling".

Kebetulan Emil terpilih. Kebetulan? Anggap saja begitu, meskipun sebagian orang menolak faktor "kebetulan". Saya, sih, menganggapnya "kebetulan" supaya saya tidak terjebak dalam dunia paranormal alias ramal-meramal atau malah menjadi hoaks. Aduhai, hoaks!

Masih ada "kebetulan" lainnya? Ada. Contohnya tertuang dalam artikel "Sebuah Mural Menghadap Langsung ke Rumah Gubernur Baru" (10/10) yang juga saya gabungkan ke buku "Arsitek yang Menulis" nanti, dimana sampulnya dari sebagian mural saya itu.

Saya rasa itu saja yang bisa saya sampaikan dalam artikel ini. Terima kasih, Kompasiana!

*******

Kupang, 24 Oktober 2018  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun