Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belas Kasih: Solidaritas Tertinggi dalam Cahaya Kasih Allah

23 September 2025   04:25 Diperbarui: 22 September 2025   18:30 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Panggilan ini menemukan wujudnya dalam praktik nyata: pelayanan kepada mereka yang miskin, sakit, dan terpinggirkan. Belas kasih bukanlah gagasan abstrak, tetapi tangan yang terulur, telinga yang mendengar, dan hati yang terbuka bagi yang menderita. Yohanes Paulus II dalam Dives in Misericordia (1980) menekankan bahwa belas kasih adalah kekuatan yang mengubah dunia melalui tindakan yang sederhana sekaligus radikal.

Dengan demikian, belas kasih menjadi jalan kesucian dan transformasi sosial. Ia membentuk pribadi yang semakin serupa dengan Kristus, sekaligus menggerakkan komunitas untuk memperjuangkan keadilan dan perdamaian. Dalam denyut belas kasih, Gereja tidak hanya menjaga iman, tetapi juga menyalakan harapan di tengah dunia yang haus akan kasih yang memulihkan.

Jika dalam esai sebelumnya belas kasih dipahami dari horizon etis, maka dalam terang teologi Katolik kita melihatnya lebih utuh: belas kasih adalah solidaritas tertinggi karena bersumber dan berakhir pada kasih Allah sendiri. Ia bukan sekadar perasaan manusiawi, melainkan aliran kasih ilahi yang menyapa dan mengubah. Dalam praksis iman, belas kasih (compassion) mengambil bentuk yang nyata: hadir bagi yang miskin, mendampingi yang terluka, dan meneguhkan yang terpinggirkan. Di sanalah kasih Allah menjelma dalam tindakan sederhana, namun membawa daya penyembuhan yang melampaui batas. Belas kasih menjadi wajah Gereja yang sesungguhnya, sekaligus panggilan pribadi setiap orang beriman untuk mewujudkan Injil dalam keseharian. Tanpa belas kasih, iman mudah membeku menjadi ritual belaka; dengan belas kasih, iman menjelma menjadi kehidupan yang menyalakan pengharapan. Di titik inilah belas kasih tampak sebagai jalan menuju kesucian sekaligus kekuatan yang membentuk peradaban kasih. (*)

Merauke, 23 September 2025

Agustinus Gereda

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun