Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jejak Konfusius: Saat Hidup Menuntut Kesetiaan pada Satu Tujuan

28 Agustus 2025   04:25 Diperbarui: 27 Agustus 2025   18:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konfusius, filsuf besar Tiongkok abad ke-6 SM, meninggalkan jejak kebijaksanaan yang melampaui zaman. Ia bukan hanya berbicara tentang tata negara atau etika keluarga, tetapi juga tentang arah hidup manusia yang kerap goyah di persimpangan. Salah satu pesannya berbunyi, "Orang yang mengejar dua ekor kelinci, akan kehilangan keduanya." Sebuah peringatan sederhana, namun tajam, bahwa hidup menuntut kesetiaan pada satu tujuan. Di tengah dunia modern yang riuh oleh multitasking, hasrat tanpa batas, dan godaan mengejar segalanya sekaligus, pesan ini masih berdentum kuat: tanpa fokus, kita berisiko kehilangan makna dari apa yang sungguh kita cari.

Makna Filosofis dari Nasihat Konfusius

Hidup, pada hakikatnya, adalah seni memilih. Manusia hidup dalam batas tenaga, waktu, dan perhatian; ia tak mungkin menggenggam semua sekaligus. Karena itu, setiap pilihan adalah tanda keberanian, dan setiap penolakan adalah wujud kebijaksanaan. Konfusius mengingatkan, "Orang yang mengejar dua ekor kelinci, akan kehilangan keduanya." Sebuah gambaran sederhana bahwa mereka yang terbagi dalam banyak tujuan akan kehilangan arah, sementara yang setia pada satu hal akan menemukan jalan.

Fokus pada satu tujuan bukanlah kelemahan, melainkan kesadaran diri akan keterbatasan manusia. Kesadaran ini justru membuka ruang bagi kedalaman. Csikszentmihalyi dalam bukunya Flow: The Psychology of Optimal Experience (1990) menunjukkan bahwa pengalaman yang bermakna lahir dari perhatian yang terarah dan total, bukan dari kesibukan yang tercerai-berai. Fokus melahirkan keterlibatan penuh, dan dari sanalah kepuasan batin tumbuh.

Kesetiaan pada satu jalan menumbuhkan kedalaman, bukan sekadar keluasan. Seperti akar yang memilih menusuk ke tanah, barulah pohon dapat menjulang kokoh. Frankl dalam Man's Search for Meaning (1946) menegaskan bahwa makna hidup tidak ditemukan dalam banyaknya jalan yang dijalani, melainkan dalam keteguhan untuk tetap setia pada tujuan yang diyakini bernilai. Hidup yang dangkal bisa tampak ramai, tetapi hanya kedalamanlah yang memberi keteduhan dan makna sejati.

Fokus sebagai Jalan Ketekunan

Fokus adalah pintu menuju disiplin, dan disiplin melahirkan ketekunan. Ketika perhatian tidak terpecah, tenaga dan pikiran akan diarahkan sepenuhnya pada satu titik, sehingga lahirlah daya tahan untuk terus berjalan meski jalan panjang dan penuh rintangan. Angela Duckworth dalam bukunya Grit: The Power of Passion and Perseverance (2016) menegaskan bahwa keberhasilan besar tidak ditentukan oleh bakat semata, melainkan oleh fokus yang dipelihara dalam ketekunan.

Ketekunan bukan hanya menghasilkan buah yang tampak, seperti keberhasilan dalam karier, karya, atau pencapaian tertentu, tetapi juga menanamkan makna batin. Seseorang yang setia mengerjakan sesuatu dengan hati akan menemukan kepuasan yang lebih dalam daripada sekadar hasil lahiriah. Hal ini sejalan dengan pandangan Dweck dalam Mindset: The New Psychology of Success (2006), bahwa keberhasilan berkelanjutan lahir dari pola pikir yang melihat usaha dan ketekunan sebagai jalan menuju pertumbuhan.

Hidup dapat diibaratkan sebagai busur dan anak panah. Panah yang diarahkan pada satu sasaran akan melesat lurus, sementara panah yang dilepas tanpa arah hanya akan jatuh sia-sia. Semakin terarah fokus kita, semakin besar kemungkinan tujuan tercapai. Fokus tidak hanya soal hasil, tetapi juga tentang kesetiaan pada proses, sebab dalam setiap anak panah yang dilepaskan dengan sungguh-sungguh, tersimpan harapan, doa, dan makna hidup itu sendiri.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Dunia hari ini adalah panggung yang riuh dengan banyak "kelinci" yang berlari ke segala arah: karier yang menjanjikan gemerlap, harta yang memabukkan, popularitas yang menggoda, hingga kesenangan instan yang meninabobokan jiwa. Godaan itu membuat manusia mudah terpecah, berlari tanpa henti, namun sering kehilangan arah. Seperti diingatkan oleh Cal Newport dalam Deep Work: Rules for Focused Success in a Distracted World (2016), zaman modern dipenuhi distraksi, dan hanya mereka yang mampu menetapkan fokuslah yang bisa meraih kedalaman dan keberhasilan sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun