Mohon tunggu...
Agustinus Tamen
Agustinus Tamen Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah bisa tamat, tapi belajar tak pernah tamat.

Freelancer, Jurnalis & Editor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosialisasi Empat Pilar di Jemongko Kab. Sanggau, Maria Goreti: Pancasila Menyatukan Kita

30 April 2021   15:11 Diperbarui: 30 April 2021   15:15 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota MPR RI Maria Goreti menyerahkan cenderamata paket buku UUD 1945 kepada perwakilan peserta sosialisasi empat pilar di Jemongko, Kab. Sanggau.

SANGGAU, KALBAR -- Kekayaan tidak ternilai yang dimiliki bangsa Indonesia adalah Pancasila. Rumusan nilai-nilai Pancasila yang menggambarkan relasi kita dengan Jubata -- Tuhan Yang Mahakuasa -- dan dipraksiskan dengan  rasa kemanusiaan sebagai warga bangsa yang saling menyatukan harapan dalam kebersaman hidup bersama menuju kesejahteraan dan kebaikan bersama. Hal itu dikatakan Maria Goreti, anggota MPR RI dalam Sosialisasi Empat Pilar di hadapan masyarakat Jemongko, Desa Kuala Dua, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Acara sosialisasi dilaksanakan di gedung Gereja Katolik Gembala  Baik Jemongko ini dihadiri para guru, tokoh adat Dayak, tokoh masyarakat, ibu-ibu Wanita Katolik, pemuda, remaja dan anak-anak.

“Kita sungguh beruntung sebagai bangsa yang memiliki Pancasila. Kita hidup bersama dengan 718  bahasa daerah, 1340  suku atau etnis dengan segala adat, tradisi yang dihidupi selama ini. Jadi, betapa kaya dan beragamnya kita sebagai bangsa, juga dengan agama dan keyakinan yang beragam. Sungguh anugerah yang tak ternilai. Semua itu berkat kita memiliki pondasi yang kokoh kuat, yaitu Pancasila,” kata Senator asal Kalimantan Barat yang saat ini memasuki periode keempat menjadi wakil rakyat di Senayan Jakarta.

Maria Goreti mengatakan bahwa dalam rentang waktu perjalanan sebagai bangsa memang tidak lurus-lurus saja, aman-aman saja. Bangsa ini juga sedang menghadapi situasi yang tidak mudah. Menurut hasil survei UIN tahun 2017 yang dimuat dalam Harian Komoas lebih separo pelajar dan mahasiswa intoleran terhadap satu sama lainnya. Dalam kurun waktu 2018-2019, sedikitnya terjadi 31 kasus intoleransi di Indonesia. Ada 12 kasus pelarangan atau pembubaran atas ritual, acara, ceramah dan sebagainya terhadap pelaksanaan agama di Indonesia. Tindakan ini yang terbanyak, sebagaimana disampaikan Koordinator Program Imparsial Ardimanto Adiputro di Jakarta, Minggu (17/11/2019) silam.

Situasi seperti ini mesti diantisipasi dengan mengingatkan kembali seluruh komponen masyarakat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai ke Pulau Rote dengan dasar atau landasan Bangsa Indonesia berdiri, yakni Pancasila. Di sana terjamin dan dijamin kehidupan bersama secara damai karena Bangsa Indonesia merupakan keluarga besar yang sebagian besar masyarakat sebut sebagai Rumah Bersama.

“Tentu saja, kita sebagai bangsa juga belum sampai pada harapan awal, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan lain sebagainya. Apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya memang  masih jauh, tetpi kita tidak boleh pesimis. Sebagai contoh, kita  masih mengalami  kendala bagaimana mewujudkan keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila,” ujar Maria Goreti.

Maria Goreti mengatakan  di Kalimantan Barat, provinsi yang masih memiliki Indeks Kesenjangan Sosial Tinggi diantara 34 Provinsi lainnya di tanah air. Inilah tantangan kita bersama. Bukan hanya pemerintah, tetapi kita semua termasuk peserta sosialisasi. Dan satu hal yang harus kita lakukan adalah menyiapkan pendidikan yang baik bagi anak-anak kita. Itu semua mesti diawali dari keluarga. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama.

“Dalam keluargalah para anggota keluarga belajar saling mencintai, saling mengakui, saling menerima, dan saling melibatkan diri dalam diinamika hidup bersama. Di dalam komunitas terkecil itu, yaitu keluarga, anak-anak belajar perbedaan, keutamaan hidup,” katanya.

Maria Goreti mengajak para guru dan tokoh masyarakat, termasuk tokoh adat untuk tidak jemu-jemu mengajak orang muda agar terlibat dalam kebaikan bersama, terlibat dalam masyarakat dimana mereka hidup. Harapannya nilai-nilai yang dibatinkan dalam keluarga, mereka bawa untuk menjadi kesaksian hidup di antara mereka.

Dalam kata penutupnya, Maria Goreti mengatakan sebagai anggota MPR kini mengemban amanat memasyarakatkan Pancasila di tanah air.

“Berdasarkan fungsinya tersebut, MPR RI terus berupaya memperkokoh dan mewujudkan misinya sebagai 'Rumah Kebangsaan', pengawal Ideologi Pancasila dan kedaulatan rakyat,” lanjut Maria Goreti. (Thomas Diman)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun