Mohon tunggu...
Agustin Salsabila Amri
Agustin Salsabila Amri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Sultan Agung Semarang dengan konsentrasi Marketing Communication

Selanjutnya

Tutup

Film

Pembentukan Citra Dalam Film Hancock

1 Desember 2022   08:48 Diperbarui: 1 Desember 2022   10:02 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Hancock (2008) menceritakan tentang Hancock, seorang pahlawan yang memiliki citra buruk di masyarakat karena kebiasaannya yang merusak barang, properti, atau bangunan ketika Hancock berusaha menyelesaikan suatu masalah. Hingga kemudian Mary ingin membentuk citra positif Hancock. Strategi pembentukan citra positif dimulai dengan Hancock yang diminta mengakui kesalahan dan menyerahkan diri kepada polisi. 

Kemudian dilanjutkan dengan dilarang melakukan tindakan buruk dalam bentuk apa saja. Hal ini sulit karena di penjara, Hancock bertemu dengan penjahat yang ditangkap oleh dirinya sendiri. Tingginya angka kejahatan membuat pihak polisi kesulitan menangkap pelaku dan timbul keresahan dalam diri masyarakat karena mereka merasa tidak mendapatkan rasa aman. Hancock yang sedang mengubah citra buruk menjadi citra baik lalu membantu pihak kepolisian untuk menangani kasus penyanderaan di sebuah bank yang dipimpin oleh seorang perampok bernama Red. Hancock bersikap tenang dan beraksi menyelamatkan para sandera dari tangan perampok tanpa menimbulkan kerusakan seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Masyarakat merespon baik dengan tepuk tangan. Hancock pada akhirnya dijuluki sebagai superhero.

Pelajaran yang didapat dari film Hancock mengenai pembentukan citra adalah seorang Public Relations harus mengakui kesalahan mereka di hadapan publik jika memang terbukti salah. Sanggahan yang dilakukan secara terus-menerus justru akan membuat citra perusahaan semakin buruk. Dalam masa transisi mengubah persepsi publik, pendekatan-pendekatan harus dilakukan salah satunya dengan tetap tenang dan bersikap baik. Maksud dari tenang adalah perusahaan tetap mendengar dan menanggapi kritik dari masyarakat secara baik. 

PR perlu memperhatikan 'timing' yang sesuai untuk membalikkan citra buruk ke citra baik. Misalnya suatu produk kecantikan melakukan rasisme terhadap ras kulit hitam. Citra perusahaan seketika buruk dan muncul kritik dari masyarakat. Perusahaan kemudian menerbitkan press release dengan meminta maaf kepada publik. Beberapa waktu kemudian, perusahaan membuat produk khusus untuk ras kulit hitam sebagai tanda dukungan bahwa semua warna kulit itu cantik. Konflik-konflik semacam inilah yang perlu dihadapi PR dengan bijak. Kesalahan perusahaan atau organisasi pasti dapat diatasi dengan cara-cara yang tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun