Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Akhirnya Posyandu Kami Mesti Berbagi Dana Stimulan dengan Program MBG

19 Februari 2025   21:18 Diperbarui: 20 Februari 2025   17:08 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Lurah memberikan sambutan sebelum acara sosialisasi dimulai (Dokumentasi pribadi Agustina)

Siang hingga sore tadi saya mengikuti acara Sosialisasi Layanan Posyandu dengan ILP (Integrasi Layanan Primer). Tempatnya di Aula Kantor Kelurahan. Tentu saya memperoleh undangan untuk hadir sebab merupakan kader posyandu.

Setelah menerima penjelasan A-Z tentang ILP, kami juga menerima kabar tentang pendanaan untuk operasional posyandu setahun ke depan. Begini ceritanya.

"Ini Alhamdulillah, pengajuan dana stimulan untuk PMT posyandu disetujui walaupun cuma untuk 6 bulan. Sebenarnya proposal kita pengajuannya untuk setahun, tapi enggak apalah. Daripada tidak dikasih jatah sama sekali."

Spontan saya tersenyum mendengar penuturan sang narasumber. Tentu bukan senyum bahagia. Sebab seketika itu saya bergumam dalam hati. Ampun, deh. Alih-alih ditambah. Yang ada malah dikurangi drastis.

Sang narasumber melanjutkan, "Pemkot ngasih cuma setengahnya sebab harus berbagi dengan Program MBG. Makan Bergizi Gratis. Lagi pula, sekarang memang ada Efisiensi Anggaran 'kan?"

Oh, akhirnyaaa. Sekali lagi aktivitasku tersenggol Efisiensi Anggaran. Seketika saya membatin sembari nyengir. Hadirin lainnya pun terdengar kasak-kusuk.

"Tidak apa-apa, njih. Tujuannya juga 'kan sama. MBG untuk mengatasi stunting. Posyandu balita juga untuk mencegah stunting. Kita doakan saja ke depannya pemkot punya uang lebih banyak, untuk menambahi dana stimulan PMT posyandu."

Sang narasumber kembali melanjutkan, "Kalau panjenengan ingin tahu sekolah mana saja yang mendapatkan MBG, itu. Contohnya di kampung S. Di situ ada SD Negeri yang murid-muridnya nuwun sewu, nakal-nakal. Sekolah itu memang terkenal sebagai sekolah buangan. Yang bandel-bandel dari sekolah lain, kalau dikeluarkan dari sekolahnya akan pindah ke SD itu."

Terus terang baru pertama kali saya mendengar informasi tersebut. Sementara daerah S itu tak jauh dari tempat saya berdomisili.

"Kebetulan kok nuwun sewu, rata-rata dari keluarga prasejahtera. Mereka itu uang sakunya paling banyak Rp2.000,00. Padahal, berangkat sekolah enggak sarapan. Di dekat sekolah ada warung ayam geprek, tapi mereka tidak mampu membeli. Mereka cuma bisa jajan ciki-cikian lima ratusan. Di warung kecil yang ada di atas sekolahnya itu. Makanya mereka senang mendapatkan Makan Bergizi Gratis."

Demi mendengar penuturan sang narasumber, hadirin terdiam. Mendadak ruangan sunyi. Mungkin masing-masing terbawa pikiran dan perasaan. Make sense kalau dana stimulan PMT buat posyandu diberikan sebagian untuk Program MBG.

"Kasihan juga sebenarnya. Tapi heran juga, sih. Sudah dari keluarga berkekurangan, kok ya masih nakal?"

Serta-merta perkataan sang narasumber disergah mayoritas hadirin.

"Justru karena kekurangan itu mereka nakal, Bu. Biasanya begitu."

"Iya, Bu. Itu orang tuanya tidak memperhatikan anak karena sibuk cari nafkah."

Saya senyum-senyum saja. Tidak ikut bersuara, tetapi sibuk mikir-mikir.

Kebijakan Efisiensi Anggaran memang bagus. Namun, ujungnya bisa rumit saat bertabrakan dengan pelaksanaan Program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang butuh biaya besar.

Begitulah adanya. Mau tidak mau, terpaksa harus ada yang dikorbankan. Contohnya dana stimulan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) di posyandu kami yang mesti disunat.

Meskipun sangat memaklumi situasi dan kondisinya, terusterang pada detik yang bersamaan kami (para kader posyandu) mendadak puyeng cari solusi. Haruskah menu PMT mengalami downgrade? Dari yang semula sepaket makanan 4 sehat, yaitu nasi beserta sayur dan lauk plus buah, menjadi seporsi bubur kacang hijau saja?

Entahlah. Entah bagaimana nanti pelaksanaannya. Maunya sih, kami tetap memberikan paket makanan berat yang komplet. Namun, apa hendak dikata kalau dananya tiada? Yang sebelumnya saja selalu ada donatur untuk menutupi kekurangan biaya penyediaan PMT.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun